Ada yang pernah mengatakan kepada saya, “orang
belum tentu mendengar nasihat dari kita; karena mereka sedang menilai kita”.
Yang pasti, kita pernah dinasihati, bahkan sejak kecil pun, entah berapa ratus
kali kita dinasihati orang tua. Apapun yang dikatakan orang, kalau itu berupa
nasihat; pasti lebih banyak mengarah kepada yang baik-baik. Tepatnya, banyak sekali harapan yang diinginkan
lewat sebuah nasihat; Tidak bisa disangkal bahwa, mengenai hal ini, terkadang
meskipun telah sering dinasihati – anak-anak bahkan orang dewasa sekalipun, tetap
melakukan kesalahan, seolah-olah tidak peduli dengan keadaan sekitar; Dilain
sisi, pada saat yang bersamaan, tidak jarang orang yang suka menasihati pun ada
dalam kenyataan yang sama, bahkan lebih buruk. Yang lucunya, saya pernah
melihat orang yang lagi mabuk menasihati saudaranya ha ha ha ha , kira-kira
yang menasihati ingat tidak, apa yang dikatakannya setelah sadar ?
Secara
jujur, diakui bahwa kata-kata nasihat sangat mudah keluar dari mulut kita;
Tanpa melakukan perenungan yang dalam serta doa yang sungguh kepada Tuhan untuk
menerima Roh Kudus menguasai kita; Hal seperti ini, dikatakan karena tidak
kurang dari orang tua yang sering menasihati anak-anak dengan tindakan-tindakan
yang tidak terpuji (“kekerasan”); “Padahal
Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci dari hati nurani
yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas” (1 Tim.1:5)
Sudahkah
dengan tepat, kita menasihati orang dan meraka merasa tersentuh dengan kepedulian
kita terhadap seluruh keberadaannya ! atau jangan-jangan kita malah gagal
menasihati orang lain – sebab kita adalah orang-orang yang kelihatan seperti
penasehat yang tidak lebih baik dari mereka yang pernah melakukan kesalahan !
Paulus
dalam perikop ini, menasihati jemaat-jemaat ditesalonika untuk tetap berdoa
(ayat 16). Berdoa berarti harapan untuk tetap berada di jalan Tuhan bisa
dipertahankan, sebab tanpa doa, kita tidak lebih dari manusia-manusia yang
hidup tanpa arah.
Kita Semua
terpanggil untuk menghadirkan damai bagi Semua orang, dan untuk menjalani
hari-hari hidup ke depan, saling menasihati sangatlah baik dan diperlukan dalam
upaya pencapaian hidup yang lebih berarti. Paulus menasihati jemaat Tesalonika,
karena jati dirinya telah teruji dalam Perjuangan Imannya kepada Yesus Kristus
(Bnd. Flp.2:1)
Nasihat dan
harapan baik, memang bertujuan untuk terciptanya pola hidup yang punya nilai;
tetapi, agar menjadi lebih berarti, kita semua harus memulai segala sesuatu
lewat proses pengujian terlebih dahulu; “Siapa sebenarnya kita; Untuk apa kita
ada di tengah-tengah keluarga, jemaat dan masyarakat ; Dan, sudah sejauh mana kita hidup sesuai
dengan kehendak Tuhan ?”
Sebab sadar atau tidak, kita
yang suka menasihati, sedang dinilai oleh orang lain juga. Bagaimana kalau
orang Kristen yang suka menasihati itu, tidak mempersiapkan diri dengan doa,
malah sebaliknya; salah satunya – menguatkan diri dengan minuman keras – baru bisa
menasihati; saya kira lebih banyak penilaian buruk tentang ini.
Baik atau
buruk keberadaan kita, tetap saja akan menjadi sasaran penilaian orang lain;
sehingga respek atau tidaknya orang lain terhadap kita, tergantung juga dari
penilaian mereka terhadap kita.
Bagi orang
percaya; Tuhan menghendaki kita selalu hidup dalam pengucapan syukur yang
dibarengi dengan perbuatan baik, bukannya kata-kata kosong tanpa bukti.
Apa yang hendak dilakukan
setelah ini ? Dikatakan dalam Mazmur 16:7 “Aku
memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya pada waktu malam hati
nuraniku mengajari aku”. Bukan hanya ketika kita bangun pagi dan
bersiap-siap melakukan aktifitas, atau di siang hari disaat kita sedang
kelelahan mencari nafkah; tetapi malam hari juga Roh Kudus Mengisi Hati Nurani,
menguasai, mempersiapkan, dan mengajari
kita tentang apa yang baik untuk dilakukan dibesok hari. Amin !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar