Cari di blog ini

Senin, 09 Maret 2015

Nasihat Hati

Ada yang pernah mengatakan kepada saya, “orang belum tentu mendengar nasihat dari kita; karena mereka sedang menilai kita”. Yang pasti, kita pernah dinasihati, bahkan sejak kecil pun, entah berapa ratus kali kita dinasihati orang tua. Apapun yang dikatakan orang, kalau itu berupa nasihat; pasti lebih banyak mengarah kepada yang baik-baik.  Tepatnya, banyak sekali harapan yang diinginkan lewat sebuah nasihat; Tidak bisa disangkal bahwa, mengenai hal ini, terkadang meskipun telah sering dinasihati – anak-anak bahkan orang dewasa sekalipun, tetap melakukan kesalahan, seolah-olah tidak peduli dengan keadaan sekitar; Dilain sisi, pada saat yang bersamaan, tidak jarang orang yang suka menasihati pun ada dalam kenyataan yang sama, bahkan lebih buruk. Yang lucunya, saya pernah melihat orang yang lagi mabuk menasihati saudaranya ha ha ha ha , kira-kira yang menasihati ingat tidak, apa yang dikatakannya setelah sadar ?
Secara jujur, diakui bahwa kata-kata nasihat sangat mudah keluar dari mulut kita; Tanpa melakukan perenungan yang dalam serta doa yang sungguh kepada Tuhan untuk menerima Roh Kudus menguasai kita; Hal seperti ini, dikatakan karena tidak kurang dari orang tua yang sering menasihati anak-anak dengan tindakan-tindakan yang tidak terpuji (“kekerasan”); “Padahal Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas” (1 Tim.1:5)
Sudahkah dengan tepat, kita menasihati orang dan meraka merasa tersentuh dengan kepedulian kita terhadap seluruh keberadaannya ! atau jangan-jangan kita malah gagal menasihati orang lain – sebab kita adalah orang-orang yang kelihatan seperti penasehat yang tidak lebih baik dari mereka yang pernah melakukan kesalahan !
Paulus dalam perikop ini, menasihati jemaat-jemaat ditesalonika untuk tetap berdoa (ayat 16). Berdoa berarti harapan untuk tetap berada di jalan Tuhan bisa dipertahankan, sebab tanpa doa, kita tidak lebih dari manusia-manusia yang hidup tanpa arah.
Kita Semua terpanggil untuk menghadirkan damai bagi Semua orang, dan untuk menjalani hari-hari hidup ke depan, saling menasihati sangatlah baik dan diperlukan dalam upaya pencapaian hidup yang lebih berarti. Paulus menasihati jemaat Tesalonika, karena jati dirinya telah teruji dalam Perjuangan Imannya kepada Yesus Kristus (Bnd. Flp.2:1)
Nasihat dan harapan baik, memang bertujuan untuk terciptanya pola hidup yang punya nilai; tetapi, agar menjadi lebih berarti, kita semua harus memulai segala sesuatu lewat proses pengujian terlebih dahulu; “Siapa sebenarnya kita; Untuk apa kita ada di tengah-tengah keluarga, jemaat dan masyarakat ;  Dan, sudah sejauh mana kita hidup sesuai dengan kehendak Tuhan ?”
Sebab sadar atau tidak, kita yang suka menasihati, sedang dinilai oleh orang lain juga. Bagaimana kalau orang Kristen yang suka menasihati itu, tidak mempersiapkan diri dengan doa, malah sebaliknya; salah satunya –  menguatkan diri dengan minuman keras – baru bisa menasihati; saya kira lebih banyak penilaian buruk tentang ini.
Baik atau buruk keberadaan kita, tetap saja akan menjadi sasaran penilaian orang lain; sehingga respek atau tidaknya orang lain terhadap kita, tergantung juga dari penilaian mereka terhadap kita.
Bagi orang percaya; Tuhan menghendaki kita selalu hidup dalam pengucapan syukur yang dibarengi dengan perbuatan baik, bukannya kata-kata kosong tanpa bukti.    
Apa yang hendak dilakukan setelah ini ? Dikatakan dalam Mazmur 16:7 “Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku”. Bukan hanya ketika kita bangun pagi dan bersiap-siap melakukan aktifitas, atau di siang hari disaat kita sedang kelelahan mencari nafkah; tetapi malam hari juga Roh Kudus Mengisi Hati Nurani, menguasai, mempersiapkan,  dan mengajari kita tentang apa yang baik untuk dilakukan dibesok hari. Amin !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar