LAPORAN
PENDAHULUAN PASIEN DENGAN ANEMIA
DI
RUANG E RS BETHESDA YOGYAKARTA
DISUSUN
OLEH :
DEVRI SETIADI
1202035
1202035
PRODI
S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES
BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
T.A
2013/2014
PERNYATAAN
PERSETUJUAN
Laporan Asuhan Keperawatan ini sudah diteliti dan disetujui oleh
Pembimbing Laboratorium Klinik STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
Yogyakarta, Juli 2012
Pembimbing Klinik I Pembimbing Klinik II
( Rustamadji, A Md. Kep ) (
Danarso, S Kep., Ns. )
Pembimbing Akademik
( Ch. Hatri I., M Kep., Sp. KMB )
BAB
I
LANDASAN
TEORI
A.
MEDIS
1.
Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi
yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau
kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang
menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan
hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :256).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :256).
Dengan demikian anemia bukan
merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis
yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik
dan informasi laboratorium.
2.
Anatomi Fisiologi
SUMSUM TULANG
Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang spons
dan bagian tengah rongga tulang panjang. Sumsum merupakan 4%-5% BB total,
sehingga merupakan yang paling besar dalam tubuh. Sumsum bisa warna merah atau
kuning. Sumsum merah merupakan tempat produksi sel darah merah aktif dan
meruapakan organ hematopoetik (penghasil darah) utama, sedangkan sumsum kuning
tersusun terutama oleh lemak dan tidak aktif dalam produksi elemen darah.
Selama masa kanak-kanak, sebagian besar sumsum
berwarna merah. Sesuai dengan pertambahan usia, sebagian besar sumsum pada
tulang panjang mengalami perubahan menjadi sumsum kuning, namun masih
mempertahankan potensi untuk kembali berubah menjadi jaringan hematopoetik
apabila diperlukan. Sumsum merah pada orang dewasa terbatas terutama pada rusuk,
kolumna vertebralis, dan tulang pipih lainnya.
Sumsum sangat banyak mengandung pembuluh darah dan
tersusun atas jaringan ikat yang mengandung sel bebas. Sel paling primitive
dalam populasi sel bebas ini adalah sel
stem yang merupakan prekusor dari 2 garis keturunan sel yang berbeda. Garis
keturunan myeloid meliputi eritrosit, berbagai jenis leukosit, dan trombosit.
Garis keturunan limfoid berdiferensiasi menjadi limfosit.
DARAH
v
Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit (sel darah merah)
Normalnya 5 ribu per mm3
darah. Sel darah merah normal berbentuk cakram bikonkaf, konfigurasinya mirip
dengan bola lunak yang dipijat diantara 2 jari. Diameternya sekitar 8 µm, namun
Sangat fleksibel sehingga mampu melewati kapiler yang diameternya 4µm. volume
sel darah merah sekitar 90 m3. Membrane sel darah merah sangat tipis sehingga
gas seperti oksigen dan karbondioksida dapat dengan mudah berdifusi melaluinya.
sel darah merah dewasa tersusun terutama oleh hemoglobin, yang menyusun sampai
95% massa sel. Sel ini tidak mempunyai inti sel lainnya. Adanya sejumlah besar
hemoglobin memungkinkan sel ini menjalankan fungsi utamanya, transport O2
antara paru dan jaringan.
Pigmen pembawa oksigen hemoglobin
merupakan protein yang berat molekulnya 64.000. molekul ini tersusun atas empat
sub unit, masing-masing mengandung bagian heme yang terikat pada rantai globin.
Besi berada pada bagian heme molekul ini. Kemampuan khusus bagian heme adalah
kemampuannya mengikat oksigen secara longgar dan reversible. Ketika hemeoglobin
berikatan dengan oksigen, dinamakan oksihemoglobin. Oksihemoglobin berwarna
merah lebih terang disbanding hemoglobin yang tidak mengandung oksigen
(hemoglobin tereduksi), maka darah arteri berwarna lebih terang disbanding
darah vena. Darah keseluruhan normalnya mengandung 15 g hemoglobin per 100 ml
darah, atau 30 µm hemoglobin per seribu eritrosit.
Produksi eritrosit disebut eritropoesis.
Eritroblas muncul dari sel stem primitive dalam susmsum tulang. Eritroblas
adalah sel berinti yang dalam proses pematangan di sumsum tulang menimbun Hb
dan secara bertahap kehilangan intinya. Pada tahap ini, sel dikenal sebagai
retikulosit. Pematangan lebih lanjut menjadi eritrosit, disertai dengan
menghilangnya material berwarna gelap dan sedikit penyusutan ukuran. Eritrosit
matang kemudian dilepaskan dalam sirkulasi. Dalam keadaan eritopoesis cepat,
retikulasi dan sel imatur lainnya dapat dilepaskan dalam sirkulasi sebelum
waktunya.
Diferensiasi sel stem multipotensial
primitive sumsum tulang menjadi eritroblas distimulasi oleh eritropoietin.
Suatu substansi yang diproduksi terutama oleh ginjal. Dalam keadaan hipoksia
lama, seperti pada kasus orang yang tinggal di ketinggian atau setelah
perdarahan berat, terjadi peningkatan kadar eritropoetin dan stimulasi produksi
sel darah merah.
Untuk produksi eritrosit normal, sumsum
tulang memerlukan besi. Vitamin B12, asam folat, pridoksin (vitamin
B6), dan factor lainnya. Defisiensi factor-faktor tersebut Selama
eritropoesis mengakibatkan penurunan produksi sel darah merah dan anemia.
Penyimpanan dan metabolisme besi.
Kandungan besi tubuh total pada kebanyakan orang dewasa sekitar 3g, sebagian
besar terkandung dalam hemoglobin atau salah satu hasil pemecahannya. Normalnya
sekitar 0,5-1 mg besi diabsorbsi tiap hari dari traktus intestinalis untuk
mengganti kehilangan besi melalui feses. Penambahan jumlah besi, sampai 2 mg
perhari harus diabsorbsi oleh wanita dewasa untuk mengganti kehilangan darah
selama menstruasi. Defisiensi besi pada orang dewasa (penurunan kandungan besi
total) biasanya menunjukkan adanya kehilangan darah dari tubuh – misalnya,
akibat perdarahan atau menstruasi yang berlebihan.
Konsentrasi besi dalam darah normalnya
sekitar 80-180 µg/dl (SI :14-32 µmol/L) untuk pria dan 60-160 µg/dl (SI:11-29
µmol/L) untuk wanita. Pada defisiensi besi, simpanan besi dalam sumsum tulang
dengan cepat dikosongkan, sintesa hemoglobin tertekan, dan sel darah merah yang
dihasilkan oleh sumsum lebih kecil dan rendah kadar hemoglobinnya.
Destruksi
sel darah merah. Rata-rata rentang hidup sel darah merah
yang bersirkulasi adal 120 hari. Sel darah merah tua dibuang dari darah oleh
system retikuloendotelial, khusunya dalam hati dan limpa. Sel
retikuloendotelial menghasilkan pigeman yang disebut bilirubin, berasal dari
hemoglobin yang dilepaskan dari sel darah merah yang rusak. Bilirubin merupakan
hasil sampah yang diekskresikan dalam empedu. Besi yang dibebaskan dari Hb
selama pembentukan bilirubin, diangkut dalam plasma ke sumsum tulang dalam
keadaan terikat pada protein yang dinamakn transferin, yang kemudian diolah
lagi untuk menghasilkan Hb baru.
Fungsi
eritrosit. Fungsi utama sel darah merah adalah membawa
oksigen dari paru ke jaringan. Eritosit mempunyai kemampuan khusus melakukan
fungsi ini karena kandungan hemoglobinnya tinggi. Apabila tidak ada hemoglobin,
kapasitas pembawa oksigen darah dapat berkurang sampai 99% dan tentunya tidak
mencukupi kebutuhan metabolism tubuh. Fungsi penting hemoglobin adalah
kemampuannya mengikat oksigen dengan lonngar dan reversible. Dalam darah vena,
Hb bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan oleh metabolism sel
sehingga dapat menyangga kelebihan asam.
v Leukosit
Dapat berubah-ubah dan dapat bergerak
dengan perantaraan kaki palsu, mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga dapat
dibedakan menurut inti selnya. Warnanya bening. Banyaknya 6000-9000 dalam 1mm3
darah.
Fungsinya sebagai pertahanan tubuh yaitu
membunuh dan mmakan bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam jaringan system
retikuloendotel, tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe. Sebagai
pengankut yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa
terus ke pembuluh darah. Terdapat diseluruh jaringan tubuh manusia.
Macam-macam leukosit meliputi:
1) Agranulosit.
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari:
·
Limfosit.
Limfosit dihasilkan dari jaringan RES
dan kelenjar limfe, bentknya ada yang besar dan ada yang kecil, di dalam
sitoplasmanya tidak terdapat granula dan intinya besar, banyaknya 20%-25% dan
fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.
·
Monosit.
Terbanyak dibuat di sumsum tulang, lebih
besar dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34%. Di bawah
mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warna biru sedikt abu-abu
mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti selnya bulat atau panjang.
2) Granulosit
disebut juga leukosit granulat terdiri dari:
·
Neutrofil.
Neutrofi atau polimorfonuklear leukosit,
mempunyai inti sel yang kadang-kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya
banyak bintik-bintik halus/granula, banyaknya 60-70%. Fungsinya merespon
terhadap benda asing.
·
Eosinofil
Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan
neutrofil tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya
kira-kira24%. Fungsinya mengatur respon terhadap alergi
·
Basofil.
Basofil lebih kecil dari eoinofil tetapi
mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat
granula-granula besar. Banyaknya setengah bagian di sumsum tulang. Fungsinya
berhubungan dengan inflamasi.
v Trombosit
(sel pembeku)
Trombosit
meruapakan benda-benda kecil yang mati yang berntuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat ada yang lonjong, warnanya putih, normal pada
orang deawasa 200.000-300.000/mm3.
Fungsinya memegang peranan penting dalam
pembekuan darah. Jika banyaknya kurang dari normal, maka bila ada luka darah
tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan yang terus-menerus. Trombosit
lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000
disebut trombositopenia. Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut
membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan
fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.
v Plasma
Darah
Apabila elemen seluler diambil dari
darah, bagian cairan yang tersisa dinamakan plasma darah. Plasma darah
mengandung ion, protein, dan zat lain. Apabila plasma dibiarkan membeku, sisa
cairan yang tertinggal dinamakan serum. Serum mempunyai kandungan yang sama
dengan plasma, kecuali kandungan fibrinogen dan beberapa faktor pembekuan.
Protein
plasma. Tersusun terutama oleh albumin dengan globulin.
Globulin tersusun atas fraksi alfa, beta, dan agam yang dapat dilihat dengan
uji laboratorium yang dinamakan elektroforesis protein. Masing-masing kelompok
disusun oleh protein tertentu.
Gama
globulin, yang tersusun terutama oleh antibody, dinamakan
immunoglobulin. Protein ini dihasilkan oleh limfosit dan sel plasma.Albumin, terutama penting untuk
pemeliharaan volume cairan dalam system vaskuler.
3. Etiologi
Anemia
dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau
kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab anemia antara lain
sebagai berikut:
a.
Anemia
pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan.
b. Anemia
defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake
kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.
c.
Anemia hemolitik: terjadi penghancuran
eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia,
hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi, infeksi –malaria,
reaksi hemolitik transfusi darah.
d. Anemia
aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang
(kerusakan sumsum tulang).
4.
Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya
kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau
akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel
darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang
darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah
(eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ
tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya
dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri
dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti
komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak
bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
5.
Tanda dan Gejala
Gejala klinis yang muncul
merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain
penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan
dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara
mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau
muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan,
kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah
berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).
6.
Pemeriksaan Diagnostik
Jumlah darah lengkap (JDL) :
hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi,
misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan
darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi
perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya
reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit
malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna
dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah
merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun
(DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan
sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun
(aplastik).
Jumlah trombosit : menurun
caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis :
mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi):
meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu
mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi
(hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang
(aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi
vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah
pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi
dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum
tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran,
dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas
(AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
7. Penatalaksanaan Medik
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan
untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
a.
Transpalasi
sel darah merah.
b.
Antibiotik
diberikan untuk mencegah infeksi.
c.
Suplemen
asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
d.
Menghindari
situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
e.
Obati
penyebab perdarahan abnormal bila ada.
f.
Diet
kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
a.
Anemia
defisiensi besi
b.
Penatalaksanaan
:
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
c.
Pemberian
preparat fe
d.
Perrosulfat
3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
e.
Peroglukonat
3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
f.
Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
g.
Anemia
asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
h.
Anemia
karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.
8.
Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan
tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi.
Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas,
jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada
kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat
badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh,
termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
9.
Pencegahan
Pilih makanan yang kaya vitamin
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, dapat membantu menghindari anemia defisiensi besi dan anemia kekurangan vitamin dengan memilih diet yang mencakup berbagai vitamin dan nutrisi, termasuk:
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, dapat membantu menghindari anemia defisiensi besi dan anemia kekurangan vitamin dengan memilih diet yang mencakup berbagai vitamin dan nutrisi, termasuk:
·
Besi
Besi makanan kaya. Termasuk
daging sapi dan lainnya, kacang-kacangan, lentil, diperkaya zat besi sereal,
sayuran berdaun hijau dan buah kering.
·
Folat
gizi ini,. Dan bentuk
sintetisnya, asam folat, dapat ditemukan dalam buah jeruk dan jus, pisang,
sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan dan diperkaya roti, sereal dan pasta.
·
Vitamin B-12
Vitamin ini ditemukan secara alami pada daging dan produk susu.. Ini juga ditambahkan ke
beberapa sereal dan produk kedelai, seperti susu kedelai.
·
Vitamin C.
Makanan yang mengandung vitamin C, seperti buah jeruk, melon dan berry,
membantu meningkatkan penyerapan zat besi.
Pertimbangkan konseling genetik jika memiliki
riwayat keluarga anemia
Jika memiliki riwayat keluarga anemia yang diwariskan, seperti anemia sel sabit, berbicara dengan dokter dan mungkin seorang konselor genetik tentang risiko dan risiko apa yang dapat menyampaikan kepada anak.
Jika memiliki riwayat keluarga anemia yang diwariskan, seperti anemia sel sabit, berbicara dengan dokter dan mungkin seorang konselor genetik tentang risiko dan risiko apa yang dapat menyampaikan kepada anak.
10.
Prognosa
Seberapa baik seseorang dengan anemia akan
sembuh tergantung pada penyebab anemia dan bagaimana parah
itu. Misalnya, jika ulkus lambung yang
menyebabkan anemia
karena perdarahan maka anemia dapat
disembuhkan jika ulkus diperlakukan dan perdarahan berhenti. Jika anemia disebabkan
oleh gagal ginjal, namun, maka kemungkinan besar akan memerlukan pengobatan
jangka panjang. Secara
umum, orang muda pulih dari anemia lebih cepat daripada
orang yang lebih tua. Orang
muda juga mentolerir anemia lebih
baik dari orang tua karena orang tua cenderung memiliki masalah medis yang lebih kronis. Anemia hampir
semua masalah medis
buruk.
B.
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah
langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono,
1994).
Pengkajian pasien
dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
a. Aktivitas
/ istirahat:
·
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise
umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi
terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
·
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea
pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan
kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan
tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
b. Sirkulasi
·
Gejala : riwayat kehilangan darah
kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF
(akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi (takikardia kompensasi).
·
Tanda :
TD : peningkatan sistolik dengan
diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
Disritmia : abnormalitas EKG, depresi
segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit
dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
(catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan).
Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik,
AP) atau kuning lemon terang (AP).
Sklera : biru atau putih seperti mutiara
(DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi)
kuku : mudah patah, berbentuk seperti
sendok (koilonikia) (DB).
Rambut : kering, mudah putus, menipis,
tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas
ego
·
Gejala : keyakinanan agama/budaya
mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
·
Tanda : depresi.
d. Eleminasi
·
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal
ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah
segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
·
Tanda : distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
·
Gejala : penurunan masukan diet, masukan
diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau
lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
·
Tanda : lidah tampak merah daging/halus
(AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat.
Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis
dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah. (DB).
f. Neurosensori
·
Gejala : sakit kepala, berdenyut,
pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan
penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah
; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
·
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi
cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal.
Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari
lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar,
dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan
·
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit
kepala (DB)
h. Pernapasan
·
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas
pendek pada istirahat dan aktivitas.
·
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i.
Keamanan
·
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan
terhadap bahan kimia. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan
atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin
dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka
buruk, sering infeksi.
·
Tanda : demam rendah, menggigil,
berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
j.
Seksualitas
·
Gejala : perubahan aliran menstruasi,
misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
·
Tanda : serviks dan dinding vagina
pucat.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual dan
anoreksia (penurunan nafsu makan).
b.
Intoleransi aktivitas yang
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 ke jaringan dengan
kebutuhan sekunder dari penurunan curang jantung.
c.
Resiko infeksi berhubungan dengan
pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis: penurunan hemoglobin,
eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)
d.
Perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman
oksigen/nutrient ke sel.
e.
Kurang pengetahuan sehubungan
dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak
mengenal sumber informasi.
3.
Rencana Keperawatan
Diagnosa 1: Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake,
mual dan anoreksia (penurunan nafsu makan).
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
·
menunujukkan peningkatan/mempertahankan
berat badan dengan nilai laboratorium normal.
·
tidak mengalami tanda mal nutrisi.
·
Menununjukkan perilaku, perubahan pola
hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai
Intervensi
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kaji riwayat
nutrisi, termasuk makan yang disukai
|
mengidentifikasi
defisiensi, memudahkan intervensi
|
2
|
Observasi dan
catat masukkan makanan pasien
|
mengawasi
masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
|
3
|
Timbang berat
badan setiap hari.
|
mengawasi
penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
|
4
|
Berikan makan
sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
|
menurunkan
kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
|
5
|
Observasi dan
catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
|
gejala GI dapat
menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
|
6
|
Berikan dan Bantu
hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus
untuk penyikatan yang lembut.
|
gejala GI dapat
menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ
|
7
|
Kolaborasi pada
ahli gizi untuk rencana diet.
|
membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
|
8
|
Kolaborasi ;
pantau hasil pemeriksaan laboraturium
|
meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet
nutrisi yang dibutuhkan
|
9
|
berikan obat
sesuai indikasi
|
kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan
masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi
|
Diagnosa 2: Intoleransi
aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 ke
jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curang jantung.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil :
·
melaporkan peningkatan toleransi
aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
·
menunjukkan penurunan tanda intolerasi
fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang
normal.
Intervensi:
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kaji kemampuan
ADL pasien
|
mempengaruhi
pilihan intervensi/bantuan
|
2
|
Kaji kehilangan
atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot
|
menunjukkan
perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko
cedera
|
3
|
Observasi
tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
|
manifestasi
kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan
|
4
|
Berikan
lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan
tirah baring bila di indikasikan
|
meningkatkan
istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan
jantung dan paru.
|
5
|
Gunakan teknik
menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan
diri).
|
meningkatkan
aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina
tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
|
6
|
Libatkan keluarga
klien menentukan makanan klien
|
Keluarga klien
yang lebih dekat dengan klien, jadi lebih tau aopa yang diinginkan klien
sehingga tepat dalam menetukan makanan yang disukai klien tetapi bergizi.
|
Diagnosa 3: Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan
perfusi jaringan
Kriteria hasil : menunjukkan
perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
Intervensi:
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kaji tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,
dasar kuku
|
memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menetukan kebutuhan intervensi.
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi |
2
|
Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi
adventisius
|
dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan
jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
|
3
|
Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
|
iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko
infark.
|
4
|
Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air
mandi dengan thermometer
|
termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen
|
5
|
Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah
merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
|
mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap
terapi.
|
6
|
Kolaborasi Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
|
memaksimalkan transport oksigen ke jaringan
|
Diagnosa 4: Risiko infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin
leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)
Tujuan : Infeksi tidak
terjadi.
Kriteria hasil :
·
mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan
risiko infeksi.
·
meningkatkan penyembuhan luka, bebas
drainase purulen atau eritema, dan demam.
Intervensi:
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien
|
mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan
anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
|
2
|
Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka
|
menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri
|
3
|
Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat
|
menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
|
4
|
Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas
dalam.
|
meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi
sekresi untuk mencegah pneumonia.
|
5
|
Tingkatkan masukkan cairan adekuat
|
membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah
pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal
|
6
|
Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
|
membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan
pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu
|
7
|
Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau
tanpa demam
|
adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
|
8
|
Amati eritema/cairan luka.
|
indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila
granulosit tertekan
|
9
|
Kolaborasi Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi
|
membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi
pilihan pengobatan
|
10
|
Kolaborasi Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik
|
mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau
untuk pengobatan proses infeksi local
|
C.
Kepustakaan
·
Boedihartono.
1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
·
Burton,
J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
·
Carpenito,
L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis
Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta
·
Doenges,
Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
·
Effendi
, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
·
Hassa.
1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta
·
Noer,
Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
·
Wilkinson,
Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta