Dari pagi sampe malam hahahahahahahaha
cekidotttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt.........................................
cukup segitu dulu uploadnya jaringan agak lola
sekian semoga akan selalu teringat ,,,,
Cari di blog ini
Selasa, 06 Mei 2014
Surat Dari Ibu
Tulisan ini saya salin dari situs http://www.michaelyamin.net/?ct=1
saya begitu tersentuh ketika membacanya , semoga dengan saya share banyak pembaca yang dapat memahami seperti apakah sosok seorang Ibu,,,,,,,,
saya begitu tersentuh ketika membacanya , semoga dengan saya share banyak pembaca yang dapat memahami seperti apakah sosok seorang Ibu,,,,,,,,
Wahai anakku,
Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara… Setelah
berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena,
sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis,
setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan setiap
kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka…
Wahai anakku!
Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi
laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau
pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau remas kertas ini
lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati
dan telah engkau robek pula perasaanku.
Wahai anakku… 25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan
tahun kebahagiaan dalam kehidupanku. Suatu ketika dokter datang
menyampaikan kabar tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui
arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini
sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi…
Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan. Tidur,
berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak
mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama
berjalannya waktu.
Aku mengandungmu, wahai anakku! Pada kondisi lemah di atas lemah,
bersamaan dengan itu aku begitu grmbira tatkala merasakan melihat
terjangan kakimu dan balikan badanmu di perutku. Aku merasa puas setiap
aku menimbang diriku, karena semakin hari semakin bertambah berat
perutku, berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku.
Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah saat itu, ketika
fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan memejamkan mataku
barang sekejap pun. Aku merasakan sakit yang tidak tertahankan dan rasa
takut yang tidak bisa dilukiskan.
Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak dapat lagi
menangis. Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk
mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. Engkau pun
lahir… Tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan. Dengan
semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan
penderitaan, bahkan kasihku padamu semakin bertambah dengan bertambah
kuatnya sakit. Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman, aku peluk
cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air yang ada di kerongkonganku.
Wahai anakku… telah berlalu tahun dari usiamu, aku membawamu dengan
hatiku dan memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Saripati
hidupku kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi
kebahagiaanmu.
Harapanku pada setiap harinya; agar aku melihat senyumanmu.
Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar
aku berbuat sesuatu untukmu… itulah kebahagiaanku!
Kemudian, berlalulah waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan
dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu
yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti,
dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta mendo’akan
selalu kebaikan dan taufiq untukmu.
Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi
dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis
yang telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu. Tatkala itu
aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu.
Semakin dekat hari perkawinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu.
saat itu pula hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir,
entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka, tangis
telah bercampur pula dengan tawa. Bahagia karena engkau mendapatkan
pasangan dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku.
Waktu berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. Kiranya
setelah perkawinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang
selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan, sekarang telah sirna
bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama
ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam seperti batu yang
dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran.
Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku
dan melupakan hakku.
Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu.
Detik demi detik kuhitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi
penantian kurasakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya
untuk melihat dan menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu aku
manyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon
berdering aku merasa bahwa engkaulah yang menelepon. Setiap suara
kendaraan yang lewat aku merasa bahwa engkaulah yang datang.
Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia dan harapanku
hancur berkeping, yang ada hanya keputusasaan. Yang tersisa hanyalah
kesedihan dari semua keletihan yang selama ini kurasakan. Sambil
menangisi diri dan nasib yang memang telah ditakdirkan oleh-Nya.
Anakku… ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih
kepadamu yang bukan-bukan. Yang Ibu pinta, jadikan ibumu sebagai sahabat
dalam kehidupanmu. Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di
rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar Ibu teringat pula
dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.
Dan Ibu memohon kepadamu, Nak! Janganlah engkau memasang jerat
permusuhan denganku, jangan engkau buang wajahmu ketika Ibu hendak
memandang wajahmu!!
Yang Ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat
persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun
hanya satu detik. Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak
pernah engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil
engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.
Anakku, telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena
badanku telah dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit… Berdiri
seharusnya dipapah, dudukpun seharusnya dibopong, sekalipun begitu
cintaku kepadamu masih seperti dulu… Masih seperti lautan yang tidak
pernah kering. Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti.
Sekiranya engkau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya
engkau akan balas kebaikannya dengan kebaikan setimpal. Sedangkan kepada
ibumu… Mana balas budimu, nak!? Mana balasan baikmu! Bukankah air susu
seharusnya dibalas dengan air susu serupa?! Akan tetapi kenapa nak! Susu
yang Ibu berikan engkau balas dengan tuba. Sampai begitu keraskah
hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu?! Setelah berlalunya hari dan
berselangnya waktu?!
Wahai anakku, setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan
hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak,
engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkaulah hasil dari
keletihanku. Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya dosa apa yang
telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?!
Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul
denganmu, atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?
Terus, jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku
sebagai budak dan pembantu yang paling hina dari sekian banyak pembantu
dan budakmu. Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? Mana upah yang
layak untukku wahai anakku!
Dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah
naungan kebesaranmu? Dapatkah engkau menganugerahkan sedikit kasih
sayangmu demi mengobati derita orang tua yang malang ini? Sedangkan
Tuhan mencintai orang yang berbuat baik.
Wahai anakku!! Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain.
Wahai anakku! Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau
sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang
laki-laki supel, dermawan, dan berbudi. Anakku… Tidak tersentuhkah
hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah, tidak terenyuhkah jiwamu
melihat orang tua yang telah renta ini, ia binasa dimakan oleh rindu,
berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan!? Bukan karena apa-apa?!
Akan tetapi hanya karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya…
Hanya karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya… hanya
karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat
menghujam jantungnya… hanya karena engkau telah berhasil pula
memutuskan tali silaturrahim?!
Wahai anakku, ibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu. Maka
titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang
manis, pemaafan dan balas budi yang baik. Semoga aku bertemu denganmu di
sana dengan kasih sayang Tuhan,
Wahai anakku!! Ini aku, pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk
memerdekakan budak atau berletih dalam berinfak. Pernahkah engkau
mendengar cerita seorang ayah yang telah meninggalkan keluarga dan
anak-anaknya dan berangkat jauh dari negerinya untuk mencari tambang
emas?! Setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang ia bawa
pulang hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia telah gagal dalam usahanya.
Setibanya di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya,
tetapi yang dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar.
Berletih mencari emas di negeri orang kiranya, di sebelah gubuk reotnya
orang mendirikan tambang emas.
Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan. Engkau berletih mencari
pahala, engkau telah beramal banyak, tapi engkau telah lupa bahwa di
dekatmu ada pahala yang maha besar. Di sampingmu ada orang yang dapat
menghalangi atau mempercepat amalmu. Bukankah ridhoku adalah keridhoan
Tuhan, dan murkaku adalah kemurkaan-Nya?
Anakku… Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak
adukan duka ini kepada Tuhan, karena sekiranya keluhan ini telah
membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan
menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak
ada tabib yang dapat menyembuhkannya. Aku tidak akan melakukannya, Nak!
Bagaimana aku akan melakukannya sedangkan engkau adalah jantung hatiku…
Bagaimana ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit sedangkan
engkau adalah pelipur laraku. Bagaimana Ibu tega melihatmu merana
terkena do’a mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku.
Bangunlah Nak! Uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu
masa hingga engkau akan menjadi tua pula, dan “Engkau akan memetik
sesuai dengan apa yang engkau tanam…” Aku tidak ingin engkau nantinya
menulis surat yang sama kepada anak-anakmu, engkau tulis dengan air
matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu pula kepadamu.
Wahai anakku, bertaqwalah kepada Tuhan pada ibumu, peganglah
kakinya!! Sesungguhnya surga di kakinya. Basuhlah air matanya, balurlah
kesedihannya, kencangkan tulang ringkihnya, dan kokohkan badannya yang
telah lapuk.Anakku… Setelah engkau membaca surat ini,terserah padamu!
Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya.
Penantian Sang Ayah
Tersebutlah seorang ayah yang mempunyai anak. Ayah ini sangat
menyayangi anaknya. Di suatu weekend, si ayah mengajak anaknya untuk
pergi ke pasar malam. Mereka pulang sangat larut. Di tengah jalan, si
anak melepas seat beltnya karena merasa tidak nyaman. Si ayah sudah
menyuruhnya memasang kembali, namun si anak tidak menurut.
Benar saja, di sebuah tikungan, sebuah mobil lain melaju kencang tak
terkendali. Ternyata pengemudinya mabuk. Tabrakan tak terhindarkan. Si
ayah selamat, namun si anak terpental keluar. Kepalanya membentur aspal,
dan menderita gegar otak yang cukup parah. Setelah berapa lama mendekam
di rumah sakit, akhirnya si anak siuman. Namun ia tidak dapat melihat
dan mendengar apapun. Buta tuli. Si ayah dengan sedih, hanya bisa
memeluk erat anaknya, karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukan yang
bisa anaknya rasakan.
Begitulah kehidupan sang ayah dan anaknya yang buta-tuli ini. Dia
senantiasa menjaga anaknya. Suatu saat si anak kepanasan dan minta es,
si ayah diam saja. Sebab ia melihat anaknya sedang demam, dan es akan
memperparah demam anaknya. Di suatu musim dingin, si anak memaksa
berjalan ke tempat yang hangat, namun si ayah menarik keras sampai
melukai tangan si anak, karena ternyata tempat ‘hangat’ tersebut tidak
jauh dari sebuah gedung yang terbakar hebat. Suatu kali anaknya kesal
karena ayahnya membuang liontin kesukaannya. Si anak sangat marah, namun
sang ayah hanya bisa menghela nafas. Komunikasinya terbatas. Ingin
rasanya ia menjelaskan bahwa liontin yang tajam itu sudah berkarat.,
namun apa daya si anak tidak dapat mendengar, hanya dapat merasakan. Ia
hanya bisa berharap anaknya sepenuhnya percaya kalau papanya hanya
melakukan yang terbaik untuk anaknya.
Saat-saat paling bahagia si ayah adalah saat dia mendengar anaknya
mengutarakan perasaannya, isi hatinya. Saat anaknya mendiamkan dia, dia
merasa tersiksa, namun ia senantiasa berada disamping anaknya, setia
menjaganya. Dia hanya bisa berdoa dan berharap, kalau suatu saat Tuhan
boleh memberi mujizat. Setiap hari jam 4 pagi, dia bangun untuk
mendoakan kesembuhan anaknya. Setiap hari.
Beberapa tahun berlalu. Di suatu pagi yang cerah, sayup-sayup bunyi
kicauan burung membangunkan si anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak
itu berteriak kegirangan, sampai mengejutkan si ayah yg tertidur di
sampingnya. Kemudian disusul oleh pengelihatannya. Ternyata Tuhan telah
mengabulkan doa sang ayah. Melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan
tangan sang ayah yg telah mengeras penuh luka, si anak memeluk erat
sang ayah, sambil berkata. “Ayah, terima kasih ya, selama ini engkau
telah setia menjagaku.”
Lima Jari Berdoa
Ilustrasi
JARI JEMPOL
Jari ini adalah yang paling dekat dengan Anda, ketika Anda sedang melipat tangan dan berdoa. Jadi, mulailah berdoa bagi orang-orang yang sangat akrab dan dekat dengan Anda. Sebutkan nama-nama mereka yang Anda kenal dengan baik. Bagi CS. Lewis, mendoakan orang-orang yang kita kasihi adalah "a sweet duty."
JARI TELUNJUK
Jari berikutnya adalah si telunjuk. Doakan bagi mereka yang mengajar. Ini termasuk hamba-hamba Tuhan, guru, dokter, dan para pendidik lainnya. Mereka butuh dukungan dan hikmat, agar dapat menunjukkan arah yang tepat bagi mereka yang membutuhkan jasa mereka. Doakan mereka selalu.
JARI TENGAH
Ini jari yang paling tinggi, berarti kita harus ingat pada para pemimpin bangsa. Doakan presiden hingga para pejabat dibawahnya. Doakan para pemimpin organisasi sosial maupun bisnis. Mereka sering mempengaruhi bangsa kita dan membimbing opini publik. Mereka sangat butuh bantuan dariNya.
JARI MANIS
Jari keempat adalah jari yang paling lemah. Nah, guru piano pun biasanya cukup kebingungan ketika berhadapan dengan si jari yang lemah ini. Oleh sebab itu, mari kita doakan bagi saudara-saudara kita yang lemah, kena musibah, dan lain-lain. Kita doakan bagi mereka yang dianggap sebagai sampah masyarakat. Mereka sangat membutuhkan doa-doa Anda, baik siang maupun malam. Tapi, bukan cuma doa, lho !
JARI KELINGKING
Jari terakhir ini adalah yang paling kecil diantara jari- jari manusia. Inilah jari yang menggambarkan sikap kita yang seharusnya rendah hati saat berhubungan dengan Tuhan dan sesama. Jadi, jangan lupakan berdoa bagi diri sendiri, agar memiliki buah roh dan meneladani kehidupan Kristus Yesus, Tuhan kita.
Saran saya yang terakhir, "Saat Anda berdoa bagi keempat kelompok diatas, Anda harus menaruh kebutuhan pribadi Anda dalam perspektif yang tepat, agar Anda bisa mendoakan diri Anda sendiri dengan lebih efektif lagi."
JARI JEMPOL
Jari ini adalah yang paling dekat dengan Anda, ketika Anda sedang melipat tangan dan berdoa. Jadi, mulailah berdoa bagi orang-orang yang sangat akrab dan dekat dengan Anda. Sebutkan nama-nama mereka yang Anda kenal dengan baik. Bagi CS. Lewis, mendoakan orang-orang yang kita kasihi adalah "a sweet duty."
JARI TELUNJUK
Jari berikutnya adalah si telunjuk. Doakan bagi mereka yang mengajar. Ini termasuk hamba-hamba Tuhan, guru, dokter, dan para pendidik lainnya. Mereka butuh dukungan dan hikmat, agar dapat menunjukkan arah yang tepat bagi mereka yang membutuhkan jasa mereka. Doakan mereka selalu.
JARI TENGAH
Ini jari yang paling tinggi, berarti kita harus ingat pada para pemimpin bangsa. Doakan presiden hingga para pejabat dibawahnya. Doakan para pemimpin organisasi sosial maupun bisnis. Mereka sering mempengaruhi bangsa kita dan membimbing opini publik. Mereka sangat butuh bantuan dariNya.
JARI MANIS
Jari keempat adalah jari yang paling lemah. Nah, guru piano pun biasanya cukup kebingungan ketika berhadapan dengan si jari yang lemah ini. Oleh sebab itu, mari kita doakan bagi saudara-saudara kita yang lemah, kena musibah, dan lain-lain. Kita doakan bagi mereka yang dianggap sebagai sampah masyarakat. Mereka sangat membutuhkan doa-doa Anda, baik siang maupun malam. Tapi, bukan cuma doa, lho !
JARI KELINGKING
Jari terakhir ini adalah yang paling kecil diantara jari- jari manusia. Inilah jari yang menggambarkan sikap kita yang seharusnya rendah hati saat berhubungan dengan Tuhan dan sesama. Jadi, jangan lupakan berdoa bagi diri sendiri, agar memiliki buah roh dan meneladani kehidupan Kristus Yesus, Tuhan kita.
Saran saya yang terakhir, "Saat Anda berdoa bagi keempat kelompok diatas, Anda harus menaruh kebutuhan pribadi Anda dalam perspektif yang tepat, agar Anda bisa mendoakan diri Anda sendiri dengan lebih efektif lagi."
HEMODINAMIK
Kali ini saya akan berbagi Ilmu tentang HEMODINAMIK materi ini saya tulis ketika dulu saya belajar saat sebelum ujian lab AGD
langsung saja semoga bermanfaat bagi rekan-rekan sejawat yang membaca
Faktor penentu hemodinamik adalah:1. Pre load : menggambarkan tekanan saat pengisian atrium kanan selama diastolic digambarkan melalui Central Venous Pressure (CVP). Sedangkan pre l oad ventricle kiri digambarkan melalui Pulmonary Arterial Pressure (PAP).
2. Contractility : menggambarkan kekuatan otot jantung untuk memompakan darah ke seluruh tubuh.
3. After load : menggambarkan kekuatan/tekanan darah yang dipompakan oleh jantung.
After load dipengaruhi oleh sistemik vascular resistance dan pulmonary vascular resistance.
Melalui monitoring beberapa parameter di bawah ini dapat diketahui bagaimana perfusi sistemikseorang pasien yang menggambarkan status hemodinamiknya.
Data status hemodinamik yang bisa didapatkan adalah tekanan sistolik, tekanan diastolic, dan tekanan rata-rata arteri (Mean Arterial Pressure=MAP)
Sistolik pressure adalah tekanan darah maksimal dari ventrikel kiri saat systole.
Diastolic pressure adalah gambaran dari elastisitas pembuluh darah dan kecepatan darah saat dipompakan dalam arteri.
MAP adalah tekanan rata-rata arteri, menggambarkan perfusi rata-rata dari peredaran darah sistemik.
HEMODINAMIK PRESSURE VALUE
Sangat penting bagi kita untuk mempertahankan MAP diatas 60 mmHg,
untuk menjamin perfusi otak, perfusi arteria coronaria, dan perfusi
ginjal tetap terjaga.
Setiap perubahan dari ketiga parameter diatas, kapanpun,dan berapapun maka akan selalu muncul dilayar monitor.
Ketika terjadi vasokonstriksi berat, dimana stroke volume sangat lemah, maka pengukuran dengan cuff tidak akurat lagi. Maka disinilah penggunaan IBP sangat diperlukan.
Pada kondisi normal, IBP lebih tinggi 2-8 mmHg dari NIBP
Pada kondisi sakit kritis bisa 10-30 mmHg lebih tinggi dari NIBP.
mmHg X 1,36 = …..cmH2O
Sebaliknya untuk merubah dari cmH2O →mmHg adalah
cmH2O ÷1,36 = …mmHg
pasien dengan nilai CVP rendah, artinya Hipovolemik
pasien dengan CVP tinggi artinya overload cairan.
Referensi
1. you tube cardiac contraction, Nationwide children`s Hospital
2,J. Christopher Farmer, MD, FCCM. Pocket Advisor – ICU Management Authors Department of
Medicine Division of Pulmonary and Critical Care Medicine Mayo Clinic Rochester, M
langsung saja semoga bermanfaat bagi rekan-rekan sejawat yang membaca
Hemodinamik adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita
baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva (
sirkulasi dalam paru-paru). Hemodinamik monitoring adalah pemantauan
dari hemodinamik status.Pentingnya pemantauan terus menerus terhadap
status hemodinamik, respirasi, dan tanda-tanda vital lain akan menjamin early detection bisa dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mecegah pasien jatuh kepada kondisi lebih parah.
Hemidinamik status adalah indeks dari tekanan dan kecepatan aliran darah dalam paru dan sirkulasi sistemik.
Pasien dengan gagal jantung, overload cairan, shock, hipertensi
pulmonal dan banyak kasus lain adalah pasien dengan masalah perubahan
status hemodinamik.
Dalam hal ini, Kritikal Care Nurse bukan hanya dituntut mampu
mengoperasikan alat pemantauan hemodinamik saja melainkan harus mampu
menginterpretasikan hasilnya.
Faktor penentu hemodinamik adalah:1. Pre load : menggambarkan tekanan saat pengisian atrium kanan selama diastolic digambarkan melalui Central Venous Pressure (CVP). Sedangkan pre l oad ventricle kiri digambarkan melalui Pulmonary Arterial Pressure (PAP).
2. Contractility : menggambarkan kekuatan otot jantung untuk memompakan darah ke seluruh tubuh.
3. After load : menggambarkan kekuatan/tekanan darah yang dipompakan oleh jantung.
After load dipengaruhi oleh sistemik vascular resistance dan pulmonary vascular resistance.
Melalui monitoring beberapa parameter di bawah ini dapat diketahui bagaimana perfusi sistemikseorang pasien yang menggambarkan status hemodinamiknya.
1. BLOOD PRESSURE (TEKANAN DARAH)
Dua macam cara pemantauan tekanan darah yang kita kenal. Pemantauan darah Non Invasive(cuff pressure) dan Invasive Blood Pressure(arterial pressure)- a. Non Invasive Blood Pressure (NIBP)
Data status hemodinamik yang bisa didapatkan adalah tekanan sistolik, tekanan diastolic, dan tekanan rata-rata arteri (Mean Arterial Pressure=MAP)
Sistolik pressure adalah tekanan darah maksimal dari ventrikel kiri saat systole.
Diastolic pressure adalah gambaran dari elastisitas pembuluh darah dan kecepatan darah saat dipompakan dalam arteri.
MAP adalah tekanan rata-rata arteri, menggambarkan perfusi rata-rata dari peredaran darah sistemik.
HEMODINAMIK PRESSURE VALUE
VALUE | ABBREVIATION | DEFINITION | NORMAL RANGE | FORMULA |
Mean Arterial Pressure | MAP | Tekanan rata-rata yang dihasilkan oleh tekanan darah arteri disaat akhir cardiac cycle | 70-90 mmHg | 2D + 1S3 |
Cardiac out put | CO | Banyaknya darah yang dipompakan oleh ventrikel dalam satu menit. | 5-6 L/min(at rest) | HRXStroke volume |
Stroke Volume | SV | Banyaknya darah yang dipompakan oleh ventrikel di setiap kali denyutan | 60-130ml | COHR X 1000 |
Central Venous pressure | CVP | Tekanan yang dihasilkan oleh volume darah di dalam jantung sebelah kanan | 6-12 cm H2O4-15 mmHg | Hasil pengukuran |
- b. Invasive Blood Pressure (IBP)
Setiap perubahan dari ketiga parameter diatas, kapanpun,dan berapapun maka akan selalu muncul dilayar monitor.
Ketika terjadi vasokonstriksi berat, dimana stroke volume sangat lemah, maka pengukuran dengan cuff tidak akurat lagi. Maka disinilah penggunaan IBP sangat diperlukan.
Pada kondisi normal, IBP lebih tinggi 2-8 mmHg dari NIBP
Pada kondisi sakit kritis bisa 10-30 mmHg lebih tinggi dari NIBP.
2. CENTRAL VENOUS PRESSURE (CVP)
Merupakan pengukuran langsung dari atrium kanan. Central venous pressure mencerminkan preload ventrikel kanan dan kapasitas vena,sehingga dapat diketahui volume pembuluh darah atau cairan dan efektifitas jantung sebagai pompa. CVP adalah pengukuran tekanan di vena cava superior atau atrium kanan.- 1. Indikasi Monitoring
- Gangguan volume sirkulasi darah, tetapi fungsi kardio pulmoner relative normal.
- Therapi cairan pada paska perdarahan, bedah trauma, sepsis, kondisi emergency dengan kekurangan cairan dan komponen darah.
- 2. Pengukuran
- Apabila menggunakan Pressure tranduser, maka dalam satuan millimeter of mercury (mmHg)
- Apabila menggunakan Water manometer, maka dalam satuan centimeter air (cmH2O)
mmHg X 1,36 = …..cmH2O
Sebaliknya untuk merubah dari cmH2O →mmHg adalah
cmH2O ÷1,36 = …mmHg
pasien dengan nilai CVP rendah, artinya Hipovolemik
pasien dengan CVP tinggi artinya overload cairan.
- 3. Komplikasi
- Hematothorax
- Pneumothorax
- Nerve injury
- Arterial puncture
- Thorxic duct perforation
- Infeksi local/sistemik
- Thrombosis
- Emboli udara
Referensi
1. you tube cardiac contraction, Nationwide children`s Hospital
2,J. Christopher Farmer, MD, FCCM. Pocket Advisor – ICU Management Authors Department of
Medicine Division of Pulmonary and Critical Care Medicine Mayo Clinic Rochester, M
Sabtu, 03 Mei 2014
KENANGANKU
diatas adalah beberapa pict yg sempat saya abadikan dengan rekan rekan saya,
sungguh tidak akan terlupakan saat momen itu
:)
bagi yang sempat baca harap diingat kembali yah
sungguh tidak akan terlupakan saat momen itu
:)
bagi yang sempat baca harap diingat kembali yah
Lebih Jauh tentang Florence Nightingale
Dua bayi perempuan dilahirkan di tengah keluarga William (W.E.N) dan Fanny Nightingale dalam suatu perjalanan panjang keliling Eropa. Parthenope, anak pertama, lahir di Napoli, Yunani. Putri kedua diberi nama sesuai dengan nama sebuah kota di Italia, tempat dia dilahirkan pada tanggal 12-Met 1820: Florence.
Florence Nightingale dibesarkan dalam sebuah keluarga kaya yang tinggal di luar kota London, dikelilingi pesta-pesta yang terus berlangsung, sebuah rumah musim panas bernama Lea Hurst, dan tamasya ke Eropa. Tetapi pada tahun 1837, pada usia tujuh belas tabun, dia menulis di buku hariannya, "Pada tanggal 7 Februari, Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk melayani-Nya." Tetapi pelayanan apa?
Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita -- bukan karena status sosial keluarga kaya -- saat dia merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar Embley, rumah keluarganya.
Pada saat Florence berusia dua puluh empat tahun, dia merasa yakin bahwa panggilannya adalah merawat orang sakit. Tetapi pada tahun 1840-an, para gadis Inggris terhormat tidak akan bersedia menjadi perawat. Pada masa itu, perawat tidak melebihi fungsi sebagai pembantu yang melakukan semua pekerjaan di rumah sakit -- rumah sakit umum (para orang kaya dirawat di rumah sendiri) -- dan dianggap sebagai peminum atau pelacur.
Tetapi Florence, yang belum menikah dan masih tinggal bersama orang tuanya, merasa hampir gila karena ketidakproduktifan dan rasa frustrasi. Dia bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, dr. Samuel Howe, "Apakah pantas bagi seorang gadis Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?" Dia menjawab, "Di Inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi seorang wanita terhormat bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi orang lain."
Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti Catholic Sisters of Charity -- suatu jalan bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, didirikan oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa.
Bahkan sebelum dia memutuskan untuk pergi, dengan semangat tinggi Florence menanggapi bahwa Kaiserworth adalah tujuannya.
Tahun 1846, Florence melakukan perjalanan ke Roma bersama teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge. Pada perjalanan ini, dia bertemu dengan Sidney Herbert dan istrinya, Liz. Mereka adalah orang Kristen yang taat. Kemudian dia menjadi Menteri Perang dan seorang teman serta pendorong, semangat bagi Florence Nightingale.
Pada bulan Juli 1850, di usianya yang ke-30, akhirnya Florence pergi ke Kaiserworth di Jerman selama dua minggu. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.
Tiga tahun kernudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in Distressed Circumstances. Dia memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke dalam institusi itu dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung memanggil para perawat dengan menekan bel. Dia juga menetapkan bahwa institusi tersebut bukan institusi sekte -- menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama. (Komite institusi ini menginginkan agar institusi tersebut hanya menerima jemaat Gereja Inggris).
Pada tahun 1854, ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap Rusia untuk menguasai Crimea dan Konstantinopel -- pintu gerbang menuju Timur Tengah -- Sidney Herbert, sebagai Menteri Perang, meminta Florence untuk mengepalai sebuah tim perawat bagi rumah sakit militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan kesempatan ini. Dia tiba bersama sebuah tim pilihan yang terdiri dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang perawat yang mempunyai pengalaman di lapangan; 24 orang lainnya adalah anggota lembaga keagamaan yang terdiri dari Biarawati Katolik Roma, Dissenting Deaconnesses, perawat rumah sakit Protestan, dan beberapa biarawati Anglikan yang berpengalaman di bidang penyakit kolera. Teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge juga turut bersama tim tersebut untuk mendorong semangatnya.
Selama perang berlangsung, Florence menghadapi pertempuran berat untuk meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat wanita pun diperlukan di sebuah rumah sakit militer. Perang Crimea telah membongkar sistem kemiliteran Inggris yang ternyata mengirim ribuan prajurit untuk menjemput kematiannya sendiri akibat kekurangan gizi, penyakit, dan diabaikan. Sebanyak 60.000 prajurit Inggris dikirim ke Crimea. Sejumlah 43.000 meninggal, sakit, atau terluka, dan hanya 7.000 yang terluka oleh musuh. Sisanya merupakan korban akibat lumpur, kekacauan, dan penyakit.
Pada saat perang akan berakhir, laporan dan saran Florence Nightingale membuat Inggris seperti dilanda badai. Dia menjadi pahlawan wanita negara tersebut. Pada tahun 1860, Sekolah Keperawatan Nightingale dibuka di London dan kelas pertamanya berisi lima belas orang murid wanita muda. Sepanjang hidupnya, sebelum dia meninggal saat sedang tidur pada usia sembilan puluh tahun di tahun 1910, dia bekerja tanpa lelah untuk mengadakan perubahan-perubahan di kemiliteran yang berhubungan dengan perawatan kesehatan dan medis.
Sebab dia telah bersumpah, "Semua yang terjadi di Crimea, tidak boleh terulang kembali.
Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita -- bukan karena status sosial keluarga kaya -- saat dia merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar Embley, rumah keluarganya.
Pada saat Florence berusia dua puluh empat tahun, dia merasa yakin bahwa panggilannya adalah merawat orang sakit. Tetapi pada tahun 1840-an, para gadis Inggris terhormat tidak akan bersedia menjadi perawat. Pada masa itu, perawat tidak melebihi fungsi sebagai pembantu yang melakukan semua pekerjaan di rumah sakit -- rumah sakit umum (para orang kaya dirawat di rumah sendiri) -- dan dianggap sebagai peminum atau pelacur.
Tetapi Florence, yang belum menikah dan masih tinggal bersama orang tuanya, merasa hampir gila karena ketidakproduktifan dan rasa frustrasi. Dia bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, dr. Samuel Howe, "Apakah pantas bagi seorang gadis Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?" Dia menjawab, "Di Inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi seorang wanita terhormat bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi orang lain."
Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti Catholic Sisters of Charity -- suatu jalan bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, didirikan oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa.
Bahkan sebelum dia memutuskan untuk pergi, dengan semangat tinggi Florence menanggapi bahwa Kaiserworth adalah tujuannya.
Tahun 1846, Florence melakukan perjalanan ke Roma bersama teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge. Pada perjalanan ini, dia bertemu dengan Sidney Herbert dan istrinya, Liz. Mereka adalah orang Kristen yang taat. Kemudian dia menjadi Menteri Perang dan seorang teman serta pendorong, semangat bagi Florence Nightingale.
Pada bulan Juli 1850, di usianya yang ke-30, akhirnya Florence pergi ke Kaiserworth di Jerman selama dua minggu. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.
Tiga tahun kernudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in Distressed Circumstances. Dia memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke dalam institusi itu dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung memanggil para perawat dengan menekan bel. Dia juga menetapkan bahwa institusi tersebut bukan institusi sekte -- menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama. (Komite institusi ini menginginkan agar institusi tersebut hanya menerima jemaat Gereja Inggris).
Pada tahun 1854, ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap Rusia untuk menguasai Crimea dan Konstantinopel -- pintu gerbang menuju Timur Tengah -- Sidney Herbert, sebagai Menteri Perang, meminta Florence untuk mengepalai sebuah tim perawat bagi rumah sakit militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan kesempatan ini. Dia tiba bersama sebuah tim pilihan yang terdiri dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang perawat yang mempunyai pengalaman di lapangan; 24 orang lainnya adalah anggota lembaga keagamaan yang terdiri dari Biarawati Katolik Roma, Dissenting Deaconnesses, perawat rumah sakit Protestan, dan beberapa biarawati Anglikan yang berpengalaman di bidang penyakit kolera. Teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge juga turut bersama tim tersebut untuk mendorong semangatnya.
Selama perang berlangsung, Florence menghadapi pertempuran berat untuk meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat wanita pun diperlukan di sebuah rumah sakit militer. Perang Crimea telah membongkar sistem kemiliteran Inggris yang ternyata mengirim ribuan prajurit untuk menjemput kematiannya sendiri akibat kekurangan gizi, penyakit, dan diabaikan. Sebanyak 60.000 prajurit Inggris dikirim ke Crimea. Sejumlah 43.000 meninggal, sakit, atau terluka, dan hanya 7.000 yang terluka oleh musuh. Sisanya merupakan korban akibat lumpur, kekacauan, dan penyakit.
Pada saat perang akan berakhir, laporan dan saran Florence Nightingale membuat Inggris seperti dilanda badai. Dia menjadi pahlawan wanita negara tersebut. Pada tahun 1860, Sekolah Keperawatan Nightingale dibuka di London dan kelas pertamanya berisi lima belas orang murid wanita muda. Sepanjang hidupnya, sebelum dia meninggal saat sedang tidur pada usia sembilan puluh tahun di tahun 1910, dia bekerja tanpa lelah untuk mengadakan perubahan-perubahan di kemiliteran yang berhubungan dengan perawatan kesehatan dan medis.
Sebab dia telah bersumpah, "Semua yang terjadi di Crimea, tidak boleh terulang kembali.
Kisah Pelayan TUHAN: 'Florence Nightingale -- Terang KRISTUS Dalam Pekatnya Dunia Perawat
Keputusannya menyentak seisi rumah. Keluarganya tak menyangka bahwa gadis manis yang telah terbiasa hidup senang memilih menjadi perawat, padahal citra perawat pada waktu itu buruk.
Sebuah Visi
Florence gadis manis yang cantik itu lahir di kota Florence, Italia pada 12 Mei 1820. Flo, begitu panggilannya, dilahirkan dari keluarga kaya. Karena itu hidupnya bergelimang kesenangan. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia merasa prihatin dengan orang-orang yang hidup miskin.
Pada 7 Pebruari 1873, Florence mendapat visi untuk mengabdi kepada masyarakat. Dalam buku pribadinya ia menulis, "Tuhan telah bersabda kepadaku dan memanggilku untuk mengabdi kepada-Nya." Visi itu selalu menantangnya untuk mematuhi panggilan mulia ini. Namun, tampaknya hal ini tidak semudah yang ia bayangkan.
Keluarganya, terutama sang ibu, menentang keinginannya. Rupanya keluarga Flo memiliki obsesi khusus bagi masa depannya. Untunglah ia seorang wanita yang terdidik sehingga dapat menahan perasaan di hatinya. Namun tanpa disadarinya, pengekangan itu justru membuatnya makin tertekan sehingga ia jatuh sakit. Oleh karena itu, ia pergi ke rumah bibinya.
Di rumah bibinya Florence merasa agak terhibur. Ia menekuni pelajaran matematika, bahasa Yunani, dan Filsafat. Sewaktu sang bibi menyampaikan kegiatan Flo di London, ibunya tidak setuju. Bagi ibunya takdir Florence adalah menikah dan mengurus rumah tangga dengan baik.
Menantang Badai
Rasa simpati Flo terhadap kehidupan di sekitarnya yang miskin dan menderita mulai membuatnya nekad. Karena itu, ia tak segan mengunjungi mereka sambil membagikan sup dan uang. Flo begitu gemas terhadap para gadis yang menghambur-hamburkan uangnya untuk membeli pakaian mahal yang dijahit oleh para gadis lain yang harus menahan lapar.
Di benak Flo yang ada hanyalah keprihatinannya terhadap penderitaan manusia. Karena itu, ia bertekad menjadi orang yang berguna bagi orang miskin. Tetapi apa yang dapat dilakukannya? Tampaknya menolong orang melarat bukanlah pekerjaan yang tepat baginya. Karena itu, untuk beberapa waktu ia agak bingung menentukan ladang pelayanan yang tepat guna merespon panggilan Tuhan yang diterimanya.
Pada tahun 1844, saat Florence berusia 24 tahun, ia menemukan pekerjaan yang cocok untuk memenuhi panggilannya, yaitu menjadi perawat. Tanpa berkonsultasi dengan orangtuanya ia memutuskan belajar tentang keperawatan. Keputusannya membuat sang ibu marah, bahkan Parthe, kakak Flo histeris. Namun tekadnya telah bulat. Secara diam-diam ia mulai mempelajari laporan-laporan tentang rumah sakit untuk memperbaiki citra perawat yang buruk waktu itu.
Selama beberapa tahun Flo mengalami ketidakpastian hidup. Kekecewaan demi kekecewaan dialaminya silih berganti. Ibu dan kakaknya selalu mencercanya. Mereka tak mampu merasakan pergumulan batinnya. Tahun 1849 Flo hampir bunuh diri. Namun ia dapat mengatasinya.
Ia, bahkan sempat jatuh cinta pada Robert Milnes seorang lelaki cerdas yang dikaguminya. Sayang, rasa cintanya itu tidak terpenuhi. Pasalnya bagi Flo pernikahan hanya akan menghalangi pengabdiannya. Dengan berat hati ia menolak pinangan lelaki pujaannya.
Pada Oktober 1846 seorang temannya memberi informasi tentang keadaan rumah sakit milik gereja yang ada di Kaiserswerth, Jerman. Sesampainya di Kaiserswerth ia melihat pastor menghimbau para wanita Kristen untuk menjadi perawat. Selama dua minggu di kota itu Flo mengamati para suster merawat orang sakit dan itu berkesan baginya. Karena itu, ia juga bertekad mengajak wanita lain untuk terlibat pelayanan kemanusiaan.
Sekembalinya dari Kaiserswerth, ibu dan saudaranya mengomel dan meminta agar Flo tidak menyebut-nyebut kota itu lagi. Mereka berasumsi bahwa pekerjaan sebagai perawat hanya mempermalukan keluarga.
Meski kendala dari keluarganya datang beruntun, ada saat bagi Flo untuk mengambil keputusan. Kali ini dengan berat ia harus menentang keluarganya apa pun alasan atau risiko yang bakal dihadapinya.
Ia belajar ilmu keperawatan di Jerman, kemudian di Prancis. Pada waktu itu berbagai rumah sakit yang ada bersifat sektarian. Karena itu, ketika ia hendak belajar di Rumah Sakit Katholik, Flo yang beragama Protestan meminta nasihat Pastor Manning di Inggris. Hasilnya, kardinal itu menganjurkan Flo mengikuti latihan keperawatan di rumah sakit yang dikelola oleh para suster Katholik.
Setelah pengetahuannya tentang keperawatan cukup memadai, ia kembali ke London dan menjadi guru sebuah rumah sakit besar. Di rumah sakit ini rasa cintanya terhadap manusia yang menderita semakin besar. Karena itu, ia menentang diskriminasi yang berlaku pada waktu itu. Flo yakin bahwa sikap hidup yang demikian tidak sesuai dengan kasih yang diajarkan Tuhan Yesus.
Selain belajar tentang keperawatan, ia juga giat mempelajari segala kekurangan yang menyebabkan pelayanan rumah sakit menjadi buruk. Atas ketekunan dan kejeliannya dalam melakukan pelayanan, ia menjadi orang yang sangat dicintai. Ia menulis semua pengamatannya dalam tulisan ilmiah yang memuat segala kekurangan dan jalan keluar pada sistem rumah sakit di Inggris. Tulisan ini membuat Flo semakin terkenal.
Flo kemudian dipercaya mengkoordinasi pelayanan kesehatan tentara Inggris dan sekutu selama perang Krim. Di Rumah Sakit Militer Scutari ia melihat kondisi dan pengelolaan rumah sakit yang buruk. Ia menyaksikan para serdadu bergelimpangan dan terluka sekarat dibiarkan begitu saja bak binatang tak berharga. Flo melengkapi rumah sakit dengan berbagai perlengkapan yang memadai, bahkan merenovasinya dengan hasil donasi dan uangnya sendiri.
Setelah perang usai perjuangan dan kegigihannya semakin dikenal. Di Inggris ia dianggap sebagai malaikat penyelamat perang Krim yang ganas itu. Ia menerima berbagai pujian dan penghargaan. Sumbangan yang datang berjumlah banyak sehingga diputuskan mendirikan Yayasan Nightigale yang menangani sebuah lembaga pelatihan keperawatan.
Seusai perang Krim, Flo tampak kelelahan. Tenaganya telah terkuras dalam perjuangan di medan perang. Saat itu ia berpikir bahwa inilah akhir perjuangannya. Ia tak pernah membayangkan bahwa itu baru permulaan dari suatu perjuangan panjang yang membutuhkan pengorbanan. Perang Krim bagaikan laboratorium bagi kasus yang berhubungan dengan keperawatan. Pengamatan yang dilakukan Flo terhadap puluhan rumah sakit di Eropa dan di barak-barak militer menunjukkan bahwa kematian para pasien sering diakibatkan oleh bangunan yang lembab, kotor, tanpa ventilasi, saluran air yang tidak teratur dan jatah makanan minim.
Lentera yang Memudar
Selama 50 tahun sisa hidupnya, Florence Nightigale menjadi cacat dan lumpuh. Pada hari-hari itu ia tidak lagi dapat bergerak bebas karena selalu berada di atas kursi roda. Inilah yang membuatnya kesepian. Apalagi setelah kematian Sidney Herbert dan beberapa teman yang membantunya. Semuanya itu menggoncangkan jiwanya. Namun Flo tetap berjuang menjalankan tugasnya.
Atas perjuangannya, Flo dapat mempengaruhi pemerintah India untuk memperbaiki sistem kesehatan di negeri Sungai Gangga. Ia juga berhasil membangkitkan reformasi asrama gelandangan di Inggris dan menulis ribuan halaman kertas kerja yang revolusioner di bidang keperawatan. Beberapa karya monumentalnya antara lain, sekolah perawat wanita di St. Thomas`s Hospital London dan sebuah karya berjudul `Notes on Nursing of The Sick Poor`.
Henry Dunant pendiri Palang Merah Internasional dan pelopor Konvensi Jenewa pun mengakui bahwa kertas kerja Florence merupakan ilham bagi dirinya untuk melakukan hal-hal berguna bagi kemanusiaan. Bahkan, apa yang dilakukan Henry Dunant merupakan penghargaan bagi Florence Nightigale.
Tahun 1906 Flo menjadi pikun, sehingga semua kegiatannya otomatis terhenti. Namun, apa yang telah dilakukannya merupakan karya abadi yang tidak mungkin dilupakan. Sebelum kematiannya, di seluruh dunia telah berdiri ribuan sekolah perawat dan semua diakui sebagai karya Florence Nightigale. Ia meninggal pada 13 Agustus 1910 dalam usia 90 tahun.
Ia telah menjadi ibu terbaik bagi ribuan pasien yang menderita sakit. Terang Kristus yang bersinar melalui Florence Nightigale yang dijuluki dengan wanita dengan lentera benar-benar telah menyinari lorong-lorong gelap kesehatan manusia. Walaupun lentera di tangannya telah padam karena ia telah berpulang ke rumah Bapa di surga, Flo telah berhasil menyalakan banyak lentera lain yang menyala secara estafet sehingga tak akan padam sampai akhir dunia.
Selasa, 15 April 2014
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN ANEMIA DI RUANG E RS BETHESDA YOGYAKARTA
LAPORAN
PENDAHULUAN PASIEN DENGAN ANEMIA
DI
RUANG E RS BETHESDA YOGYAKARTA
DISUSUN
OLEH :
DEVRI SETIADI
1202035
1202035
PRODI
S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES
BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
T.A
2013/2014
PERNYATAAN
PERSETUJUAN
Laporan Asuhan Keperawatan ini sudah diteliti dan disetujui oleh
Pembimbing Laboratorium Klinik STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
Yogyakarta, Juli 2012
Pembimbing Klinik I Pembimbing Klinik II
( Rustamadji, A Md. Kep ) (
Danarso, S Kep., Ns. )
Pembimbing Akademik
( Ch. Hatri I., M Kep., Sp. KMB )
BAB
I
LANDASAN
TEORI
A.
MEDIS
1.
Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi
yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau
kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang
menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan
hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :256).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :256).
Dengan demikian anemia bukan
merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis
yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik
dan informasi laboratorium.
2.
Anatomi Fisiologi
SUMSUM TULANG
Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang spons
dan bagian tengah rongga tulang panjang. Sumsum merupakan 4%-5% BB total,
sehingga merupakan yang paling besar dalam tubuh. Sumsum bisa warna merah atau
kuning. Sumsum merah merupakan tempat produksi sel darah merah aktif dan
meruapakan organ hematopoetik (penghasil darah) utama, sedangkan sumsum kuning
tersusun terutama oleh lemak dan tidak aktif dalam produksi elemen darah.
Selama masa kanak-kanak, sebagian besar sumsum
berwarna merah. Sesuai dengan pertambahan usia, sebagian besar sumsum pada
tulang panjang mengalami perubahan menjadi sumsum kuning, namun masih
mempertahankan potensi untuk kembali berubah menjadi jaringan hematopoetik
apabila diperlukan. Sumsum merah pada orang dewasa terbatas terutama pada rusuk,
kolumna vertebralis, dan tulang pipih lainnya.
Sumsum sangat banyak mengandung pembuluh darah dan
tersusun atas jaringan ikat yang mengandung sel bebas. Sel paling primitive
dalam populasi sel bebas ini adalah sel
stem yang merupakan prekusor dari 2 garis keturunan sel yang berbeda. Garis
keturunan myeloid meliputi eritrosit, berbagai jenis leukosit, dan trombosit.
Garis keturunan limfoid berdiferensiasi menjadi limfosit.
DARAH
v
Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit (sel darah merah)
Normalnya 5 ribu per mm3
darah. Sel darah merah normal berbentuk cakram bikonkaf, konfigurasinya mirip
dengan bola lunak yang dipijat diantara 2 jari. Diameternya sekitar 8 µm, namun
Sangat fleksibel sehingga mampu melewati kapiler yang diameternya 4µm. volume
sel darah merah sekitar 90 m3. Membrane sel darah merah sangat tipis sehingga
gas seperti oksigen dan karbondioksida dapat dengan mudah berdifusi melaluinya.
sel darah merah dewasa tersusun terutama oleh hemoglobin, yang menyusun sampai
95% massa sel. Sel ini tidak mempunyai inti sel lainnya. Adanya sejumlah besar
hemoglobin memungkinkan sel ini menjalankan fungsi utamanya, transport O2
antara paru dan jaringan.
Pigmen pembawa oksigen hemoglobin
merupakan protein yang berat molekulnya 64.000. molekul ini tersusun atas empat
sub unit, masing-masing mengandung bagian heme yang terikat pada rantai globin.
Besi berada pada bagian heme molekul ini. Kemampuan khusus bagian heme adalah
kemampuannya mengikat oksigen secara longgar dan reversible. Ketika hemeoglobin
berikatan dengan oksigen, dinamakan oksihemoglobin. Oksihemoglobin berwarna
merah lebih terang disbanding hemoglobin yang tidak mengandung oksigen
(hemoglobin tereduksi), maka darah arteri berwarna lebih terang disbanding
darah vena. Darah keseluruhan normalnya mengandung 15 g hemoglobin per 100 ml
darah, atau 30 µm hemoglobin per seribu eritrosit.
Produksi eritrosit disebut eritropoesis.
Eritroblas muncul dari sel stem primitive dalam susmsum tulang. Eritroblas
adalah sel berinti yang dalam proses pematangan di sumsum tulang menimbun Hb
dan secara bertahap kehilangan intinya. Pada tahap ini, sel dikenal sebagai
retikulosit. Pematangan lebih lanjut menjadi eritrosit, disertai dengan
menghilangnya material berwarna gelap dan sedikit penyusutan ukuran. Eritrosit
matang kemudian dilepaskan dalam sirkulasi. Dalam keadaan eritopoesis cepat,
retikulasi dan sel imatur lainnya dapat dilepaskan dalam sirkulasi sebelum
waktunya.
Diferensiasi sel stem multipotensial
primitive sumsum tulang menjadi eritroblas distimulasi oleh eritropoietin.
Suatu substansi yang diproduksi terutama oleh ginjal. Dalam keadaan hipoksia
lama, seperti pada kasus orang yang tinggal di ketinggian atau setelah
perdarahan berat, terjadi peningkatan kadar eritropoetin dan stimulasi produksi
sel darah merah.
Untuk produksi eritrosit normal, sumsum
tulang memerlukan besi. Vitamin B12, asam folat, pridoksin (vitamin
B6), dan factor lainnya. Defisiensi factor-faktor tersebut Selama
eritropoesis mengakibatkan penurunan produksi sel darah merah dan anemia.
Penyimpanan dan metabolisme besi.
Kandungan besi tubuh total pada kebanyakan orang dewasa sekitar 3g, sebagian
besar terkandung dalam hemoglobin atau salah satu hasil pemecahannya. Normalnya
sekitar 0,5-1 mg besi diabsorbsi tiap hari dari traktus intestinalis untuk
mengganti kehilangan besi melalui feses. Penambahan jumlah besi, sampai 2 mg
perhari harus diabsorbsi oleh wanita dewasa untuk mengganti kehilangan darah
selama menstruasi. Defisiensi besi pada orang dewasa (penurunan kandungan besi
total) biasanya menunjukkan adanya kehilangan darah dari tubuh – misalnya,
akibat perdarahan atau menstruasi yang berlebihan.
Konsentrasi besi dalam darah normalnya
sekitar 80-180 µg/dl (SI :14-32 µmol/L) untuk pria dan 60-160 µg/dl (SI:11-29
µmol/L) untuk wanita. Pada defisiensi besi, simpanan besi dalam sumsum tulang
dengan cepat dikosongkan, sintesa hemoglobin tertekan, dan sel darah merah yang
dihasilkan oleh sumsum lebih kecil dan rendah kadar hemoglobinnya.
Destruksi
sel darah merah. Rata-rata rentang hidup sel darah merah
yang bersirkulasi adal 120 hari. Sel darah merah tua dibuang dari darah oleh
system retikuloendotelial, khusunya dalam hati dan limpa. Sel
retikuloendotelial menghasilkan pigeman yang disebut bilirubin, berasal dari
hemoglobin yang dilepaskan dari sel darah merah yang rusak. Bilirubin merupakan
hasil sampah yang diekskresikan dalam empedu. Besi yang dibebaskan dari Hb
selama pembentukan bilirubin, diangkut dalam plasma ke sumsum tulang dalam
keadaan terikat pada protein yang dinamakn transferin, yang kemudian diolah
lagi untuk menghasilkan Hb baru.
Fungsi
eritrosit. Fungsi utama sel darah merah adalah membawa
oksigen dari paru ke jaringan. Eritosit mempunyai kemampuan khusus melakukan
fungsi ini karena kandungan hemoglobinnya tinggi. Apabila tidak ada hemoglobin,
kapasitas pembawa oksigen darah dapat berkurang sampai 99% dan tentunya tidak
mencukupi kebutuhan metabolism tubuh. Fungsi penting hemoglobin adalah
kemampuannya mengikat oksigen dengan lonngar dan reversible. Dalam darah vena,
Hb bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan oleh metabolism sel
sehingga dapat menyangga kelebihan asam.
v Leukosit
Dapat berubah-ubah dan dapat bergerak
dengan perantaraan kaki palsu, mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga dapat
dibedakan menurut inti selnya. Warnanya bening. Banyaknya 6000-9000 dalam 1mm3
darah.
Fungsinya sebagai pertahanan tubuh yaitu
membunuh dan mmakan bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam jaringan system
retikuloendotel, tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe. Sebagai
pengankut yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa
terus ke pembuluh darah. Terdapat diseluruh jaringan tubuh manusia.
Macam-macam leukosit meliputi:
1) Agranulosit.
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari:
·
Limfosit.
Limfosit dihasilkan dari jaringan RES
dan kelenjar limfe, bentknya ada yang besar dan ada yang kecil, di dalam
sitoplasmanya tidak terdapat granula dan intinya besar, banyaknya 20%-25% dan
fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.
·
Monosit.
Terbanyak dibuat di sumsum tulang, lebih
besar dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34%. Di bawah
mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warna biru sedikt abu-abu
mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti selnya bulat atau panjang.
2) Granulosit
disebut juga leukosit granulat terdiri dari:
·
Neutrofil.
Neutrofi atau polimorfonuklear leukosit,
mempunyai inti sel yang kadang-kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya
banyak bintik-bintik halus/granula, banyaknya 60-70%. Fungsinya merespon
terhadap benda asing.
·
Eosinofil
Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan
neutrofil tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya
kira-kira24%. Fungsinya mengatur respon terhadap alergi
·
Basofil.
Basofil lebih kecil dari eoinofil tetapi
mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat
granula-granula besar. Banyaknya setengah bagian di sumsum tulang. Fungsinya
berhubungan dengan inflamasi.
v Trombosit
(sel pembeku)
Trombosit
meruapakan benda-benda kecil yang mati yang berntuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat ada yang lonjong, warnanya putih, normal pada
orang deawasa 200.000-300.000/mm3.
Fungsinya memegang peranan penting dalam
pembekuan darah. Jika banyaknya kurang dari normal, maka bila ada luka darah
tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan yang terus-menerus. Trombosit
lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000
disebut trombositopenia. Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut
membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan
fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.
v Plasma
Darah
Apabila elemen seluler diambil dari
darah, bagian cairan yang tersisa dinamakan plasma darah. Plasma darah
mengandung ion, protein, dan zat lain. Apabila plasma dibiarkan membeku, sisa
cairan yang tertinggal dinamakan serum. Serum mempunyai kandungan yang sama
dengan plasma, kecuali kandungan fibrinogen dan beberapa faktor pembekuan.
Protein
plasma. Tersusun terutama oleh albumin dengan globulin.
Globulin tersusun atas fraksi alfa, beta, dan agam yang dapat dilihat dengan
uji laboratorium yang dinamakan elektroforesis protein. Masing-masing kelompok
disusun oleh protein tertentu.
Gama
globulin, yang tersusun terutama oleh antibody, dinamakan
immunoglobulin. Protein ini dihasilkan oleh limfosit dan sel plasma.Albumin, terutama penting untuk
pemeliharaan volume cairan dalam system vaskuler.
3. Etiologi
Anemia
dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau
kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab anemia antara lain
sebagai berikut:
a.
Anemia
pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan.
b. Anemia
defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake
kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.
c.
Anemia hemolitik: terjadi penghancuran
eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia,
hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi, infeksi –malaria,
reaksi hemolitik transfusi darah.
d. Anemia
aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang
(kerusakan sumsum tulang).
4.
Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya
kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau
akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel
darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang
darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah
(eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ
tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya
dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri
dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti
komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak
bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
5.
Tanda dan Gejala
Gejala klinis yang muncul
merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain
penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan
dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara
mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau
muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan,
kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah
berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).
6.
Pemeriksaan Diagnostik
Jumlah darah lengkap (JDL) :
hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi,
misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan
darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi
perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya
reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit
malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna
dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah
merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun
(DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan
sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun
(aplastik).
Jumlah trombosit : menurun
caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis :
mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi):
meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu
mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi
(hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang
(aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi
vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah
pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi
dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum
tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran,
dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas
(AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
7. Penatalaksanaan Medik
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan
untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
a.
Transpalasi
sel darah merah.
b.
Antibiotik
diberikan untuk mencegah infeksi.
c.
Suplemen
asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
d.
Menghindari
situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
e.
Obati
penyebab perdarahan abnormal bila ada.
f.
Diet
kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
a.
Anemia
defisiensi besi
b.
Penatalaksanaan
:
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
c.
Pemberian
preparat fe
d.
Perrosulfat
3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
e.
Peroglukonat
3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
f.
Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
g.
Anemia
asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
h.
Anemia
karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.
8.
Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan
tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi.
Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas,
jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada
kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat
badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh,
termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
9.
Pencegahan
Pilih makanan yang kaya vitamin
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, dapat membantu menghindari anemia defisiensi besi dan anemia kekurangan vitamin dengan memilih diet yang mencakup berbagai vitamin dan nutrisi, termasuk:
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, dapat membantu menghindari anemia defisiensi besi dan anemia kekurangan vitamin dengan memilih diet yang mencakup berbagai vitamin dan nutrisi, termasuk:
·
Besi
Besi makanan kaya. Termasuk
daging sapi dan lainnya, kacang-kacangan, lentil, diperkaya zat besi sereal,
sayuran berdaun hijau dan buah kering.
·
Folat
gizi ini,. Dan bentuk
sintetisnya, asam folat, dapat ditemukan dalam buah jeruk dan jus, pisang,
sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan dan diperkaya roti, sereal dan pasta.
·
Vitamin B-12
Vitamin ini ditemukan secara alami pada daging dan produk susu.. Ini juga ditambahkan ke
beberapa sereal dan produk kedelai, seperti susu kedelai.
·
Vitamin C.
Makanan yang mengandung vitamin C, seperti buah jeruk, melon dan berry,
membantu meningkatkan penyerapan zat besi.
Pertimbangkan konseling genetik jika memiliki
riwayat keluarga anemia
Jika memiliki riwayat keluarga anemia yang diwariskan, seperti anemia sel sabit, berbicara dengan dokter dan mungkin seorang konselor genetik tentang risiko dan risiko apa yang dapat menyampaikan kepada anak.
Jika memiliki riwayat keluarga anemia yang diwariskan, seperti anemia sel sabit, berbicara dengan dokter dan mungkin seorang konselor genetik tentang risiko dan risiko apa yang dapat menyampaikan kepada anak.
10.
Prognosa
Seberapa baik seseorang dengan anemia akan
sembuh tergantung pada penyebab anemia dan bagaimana parah
itu. Misalnya, jika ulkus lambung yang
menyebabkan anemia
karena perdarahan maka anemia dapat
disembuhkan jika ulkus diperlakukan dan perdarahan berhenti. Jika anemia disebabkan
oleh gagal ginjal, namun, maka kemungkinan besar akan memerlukan pengobatan
jangka panjang. Secara
umum, orang muda pulih dari anemia lebih cepat daripada
orang yang lebih tua. Orang
muda juga mentolerir anemia lebih
baik dari orang tua karena orang tua cenderung memiliki masalah medis yang lebih kronis. Anemia hampir
semua masalah medis
buruk.
B.
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah
langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono,
1994).
Pengkajian pasien
dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
a. Aktivitas
/ istirahat:
·
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise
umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi
terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
·
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea
pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan
kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan
tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
b. Sirkulasi
·
Gejala : riwayat kehilangan darah
kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF
(akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi (takikardia kompensasi).
·
Tanda :
TD : peningkatan sistolik dengan
diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
Disritmia : abnormalitas EKG, depresi
segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit
dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
(catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan).
Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik,
AP) atau kuning lemon terang (AP).
Sklera : biru atau putih seperti mutiara
(DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi)
kuku : mudah patah, berbentuk seperti
sendok (koilonikia) (DB).
Rambut : kering, mudah putus, menipis,
tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas
ego
·
Gejala : keyakinanan agama/budaya
mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
·
Tanda : depresi.
d. Eleminasi
·
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal
ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah
segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
·
Tanda : distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
·
Gejala : penurunan masukan diet, masukan
diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau
lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
·
Tanda : lidah tampak merah daging/halus
(AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat.
Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis
dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah. (DB).
f. Neurosensori
·
Gejala : sakit kepala, berdenyut,
pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan
penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah
; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
·
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi
cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal.
Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari
lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar,
dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan
·
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit
kepala (DB)
h. Pernapasan
·
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas
pendek pada istirahat dan aktivitas.
·
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i.
Keamanan
·
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan
terhadap bahan kimia. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan
atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin
dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka
buruk, sering infeksi.
·
Tanda : demam rendah, menggigil,
berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
j.
Seksualitas
·
Gejala : perubahan aliran menstruasi,
misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
·
Tanda : serviks dan dinding vagina
pucat.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual dan
anoreksia (penurunan nafsu makan).
b.
Intoleransi aktivitas yang
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 ke jaringan dengan
kebutuhan sekunder dari penurunan curang jantung.
c.
Resiko infeksi berhubungan dengan
pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis: penurunan hemoglobin,
eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)
d.
Perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman
oksigen/nutrient ke sel.
e.
Kurang pengetahuan sehubungan
dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak
mengenal sumber informasi.
3.
Rencana Keperawatan
Diagnosa 1: Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake,
mual dan anoreksia (penurunan nafsu makan).
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
·
menunujukkan peningkatan/mempertahankan
berat badan dengan nilai laboratorium normal.
·
tidak mengalami tanda mal nutrisi.
·
Menununjukkan perilaku, perubahan pola
hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai
Intervensi
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kaji riwayat
nutrisi, termasuk makan yang disukai
|
mengidentifikasi
defisiensi, memudahkan intervensi
|
2
|
Observasi dan
catat masukkan makanan pasien
|
mengawasi
masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
|
3
|
Timbang berat
badan setiap hari.
|
mengawasi
penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
|
4
|
Berikan makan
sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
|
menurunkan
kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
|
5
|
Observasi dan
catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
|
gejala GI dapat
menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
|
6
|
Berikan dan Bantu
hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus
untuk penyikatan yang lembut.
|
gejala GI dapat
menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ
|
7
|
Kolaborasi pada
ahli gizi untuk rencana diet.
|
membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
|
8
|
Kolaborasi ;
pantau hasil pemeriksaan laboraturium
|
meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet
nutrisi yang dibutuhkan
|
9
|
berikan obat
sesuai indikasi
|
kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan
masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi
|
Diagnosa 2: Intoleransi
aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 ke
jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curang jantung.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil :
·
melaporkan peningkatan toleransi
aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
·
menunjukkan penurunan tanda intolerasi
fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang
normal.
Intervensi:
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kaji kemampuan
ADL pasien
|
mempengaruhi
pilihan intervensi/bantuan
|
2
|
Kaji kehilangan
atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot
|
menunjukkan
perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko
cedera
|
3
|
Observasi
tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
|
manifestasi
kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan
|
4
|
Berikan
lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan
tirah baring bila di indikasikan
|
meningkatkan
istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan
jantung dan paru.
|
5
|
Gunakan teknik
menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan
diri).
|
meningkatkan
aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina
tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
|
6
|
Libatkan keluarga
klien menentukan makanan klien
|
Keluarga klien
yang lebih dekat dengan klien, jadi lebih tau aopa yang diinginkan klien
sehingga tepat dalam menetukan makanan yang disukai klien tetapi bergizi.
|
Diagnosa 3: Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan
perfusi jaringan
Kriteria hasil : menunjukkan
perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
Intervensi:
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kaji tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,
dasar kuku
|
memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menetukan kebutuhan intervensi.
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi |
2
|
Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi
adventisius
|
dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan
jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
|
3
|
Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
|
iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko
infark.
|
4
|
Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air
mandi dengan thermometer
|
termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen
|
5
|
Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah
merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
|
mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap
terapi.
|
6
|
Kolaborasi Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
|
memaksimalkan transport oksigen ke jaringan
|
Diagnosa 4: Risiko infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin
leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)
Tujuan : Infeksi tidak
terjadi.
Kriteria hasil :
·
mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan
risiko infeksi.
·
meningkatkan penyembuhan luka, bebas
drainase purulen atau eritema, dan demam.
Intervensi:
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien
|
mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan
anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
|
2
|
Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka
|
menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri
|
3
|
Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat
|
menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
|
4
|
Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas
dalam.
|
meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi
sekresi untuk mencegah pneumonia.
|
5
|
Tingkatkan masukkan cairan adekuat
|
membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah
pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal
|
6
|
Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
|
membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan
pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu
|
7
|
Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau
tanpa demam
|
adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
|
8
|
Amati eritema/cairan luka.
|
indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila
granulosit tertekan
|
9
|
Kolaborasi Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi
|
membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi
pilihan pengobatan
|
10
|
Kolaborasi Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik
|
mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau
untuk pengobatan proses infeksi local
|
C.
Kepustakaan
·
Boedihartono.
1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
·
Burton,
J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
·
Carpenito,
L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis
Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta
·
Doenges,
Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
·
Effendi
, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
·
Hassa.
1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta
·
Noer,
Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
·
Wilkinson,
Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta
Langganan:
Postingan (Atom)