Cari di blog ini

Jumat, 28 September 2012

Trik mengembalikan data/file yang terinfeksi Virus

angan panik jika file atau folder penting Anda telah terinfeksi virus dan berubah ekstensinya. Sebenarnya virus hanya menyembunyikan file atau folder yang terkana virus, tidak menghapusnya. Misal jika Anda mendapati data Ms Word Anda terkena virus dan berubah ekstensinya menjadi *.exe (tipe Application), sebenarnya file asli Anda tersebut disembunyikan dan file yang ditampilkan adalah file hasil duplikasi yang dibuat oleh virus dengan ekstensi yang diubah oleh virus tersebut. Sedangkan file asli Anda diubah atributnya menjadi file ‘system’ sehingga menjadi super hidden dan sama sekali tidak terlihat, walaupun Anda mengaktifkan ‘Show hidden file and folder’ tetap saja tidak akan terlihat. Kebanyakan virus seperti ini menyerang pada file-file di flashdisk dan digunakan sebagai media penyebarannya. Tujuan virus menampilkan file duplikasi adalah agar pemakai komputer tidak menyangka bahwa file tersebut adalah file virus, sehingga jika file dibuka maka virus akan menyebar dan menginfeksi sistem komputer. Oleh karena itu hati-hati jika Anda mendapati file di flashdisk yang berubah ekstensinya (misal doc menjadi exe) karena jika Anda membuka file ini maka komputer Anda yang belum terkena virus bisa terinfeksi oleh virus tersebut. Lalu bagaimana cara mengembalikan file asli kita?
Berikut ini akan saya contohkan mengembalikan file di flashdisk yang terinfeksi virus ‘New Heuristic’. Virus New Heuristic adalah virus yang menduplikasi semua file Ms Word di flashdisk, kemudian merubah atribut file aslinya dalam bentuk file ‘hidden’ dan ‘system’, kemudian menampilkan salinan file tersebut dengan tipe Application (exe). Jika membuka file bervirus ini maka dapat menginfeksi sistem komputer.
Langkah mengembalikan file yang telah disembunyikan oleh virus sebagai berikut:
1. Lakukan scanning virus dengan program antivirus (sebaiknya gunakan antivirus update terbaru agar dapat mendeteksi dan membasmi virus-virus baru). Atau Anda dapat melakukan delete langsung pada file bervirus tersebut.
2. Jika Antivirus dapat melakukan clean virus, maka data Anda otomatis sudah normal kembali karena antivirus selain dapat menghapus file bervirus juga dapat mengembalikan file asli Anda. Tapi jika antivirus hanya mampu melakukan delete (menghapus file yang bervirus) tanpa bisa mengembalikan file asli Anda tentunya Anda melanjutkan langkah-langkah berikut ini.
3. Pada menubar Windows Explorer, klik Tools >> Folder Options, atau buka Control Panel >> Folder Option.
4. Pada kotak dialog ‘Folder Option’ yang terbuka, klik tab View. Kemudian pada ‘Hidden files and folders’, pilih pada ‘Show hidden files and folders’.
5. Kemudian hilangkan tanda centang pada ‘Hide protected operating system files (Recommended)’. Pada kotak peringatan yang muncul (Warning), klik tombol Yes.
6. Selanjutnya klik tombol OK.
7. Kemudian seluruh file dan folder yang disembunyikan virus akan terlihat samar.
Berikut ini contoh file dan folder yang disembunyikan virus jika file bervirus belum di hapus oleh antivirus atau dihapus manual. Terlihat bahwa setiap file asli Anda terduplikasi oleh virus dengan ekstensi tipe Application (exe), sedangkan file asli Anda bertipe Microsoft Word Document (doc) yang terlihat samar.
8. Untuk menormalkan kembali semua file dan folder yang disembunyikan virus tersebut, yaitu buka Ms Dos Command prompt, dengan klik Start >> All Programs >> Accessories >> Command Prompt.
9. Kemudian masuklah ke drive dimana file dan folder Anda disembunyikan. Pada contoh ini file berada di flashdisk yaitu drive F:, Pada halaman Command Prompt, ketik F: lalu tekan ‘Enter’.
10. Ketikkan attrib *.* -s –h –r /s /d lalu tekan ‘Enter’. Gambar urutan penulisan sebagai berikut:
Keterangan:
attrib : perintah untuk menggubah atribut file atau folder
-s : system (tanda negatif artinya menghilangkan atribut system)
- h : hidden (tanda negatif artinya menghilangkan atribut hidden)
- r : read only (tanda negatif artinya menghilangkan atribut read only)
*.* : adalah untuk apply ke semua file atau folder
/s : adalah untuk apply atribut sub direktori
/d : adalah untuk apply atribut dalam direktori
11. Kemudian lihatlah di drive tersebut, maka semua file dan folder yang disembunyikan oleh virus sudah normal dan dapat dibuka kembali.
Selain mengembalikan file dengan bantuan Command Prompt, Anda juga dapat menggunakan program bantu yaitu ‘Attribute Changer’. Program Attribute Changer digunakan untuk merubah atribute file seperti merubah ke hidden, system, read only dsb dan untuk mengembalikannya. Program ini gratis (freeware) dan untuk mendapatkannya Anda dapat mencari dan mendownload di internet.
Berikut ini cara penggunaan program Attribute Changer:
1. Instal program dengan klik ganda file Attribute Changer.
2. Selanjutnya akan terbuka kotak dialog ‘Installer Language’. Secara default akan terpilih bahasa Inggris, atau Anda dapat merubahnya, kemudian klik tombol OK.
3. Pada kotak dialog ‘Setup Wizard’ yang muncul, klik tombol Next >.
4. Pada kotak dialog ‘License Agreement’, beri tanda centang pada ‘I accept the therms of the License Agreement’ kemudian klik tombol Next >, yang berarti Anda menyetujui segala peraturan dan kebijakan dalam penggunaan program.
5. Pada kotak dialog ‘Choose Install Location, Anda dapat memilih direktori yang lain untuk menyimpan file. Kemudian klik tombol Next >.
6. Pada kotak dialog ‘Choose Start Menu Folder’ klik tombol Install.
7. Selanjutnya proses instalasi program. Pada kotak dialog ‘Installation Complete’ klik tombol Next >, kemudian klik tombol Finish. Maka proses instalasi sudah selesai. Program ini Anda jalankan dari menu saat Anda mengklik kanan file atau folder dengan tambahan menu yaitu ‘Change Attribute’.
8. Untuk mengubah atribut file yang disembunyikan virus, misal menggunakan contoh di atas, maka setelah file dan folder dapat terlihat samar, maka klik semua folder terlebih dulu, kemudian klik kanan dan klik Change Attributes.
9. Kemudian akan terbuka kotak dialog program Attribute Changer.
10. Untuk menormalkan kembali folder hilangkan tanda centang pada ‘Hidden’ dan ‘System’, kemudian klik tombol OK. Selanjutnya lakukan langkah yang sama pada file Ms Word.
11. Kemudian lihatlah di drive tersebut, maka semua file dan folder yang disembunyikan oleh virus sudah normal dan dapat dibuka kembali.
Referensi : Buku ‘Data Hilang Kembali Dalam Sekejap (Recovery Data)’

AliceKiller

http://kaga-salah.blogspot.com/2011/12/alice-killer-dari-pc-media.html

AlliceKiller


Kamis, 27 September 2012

ANATOMI HIDUNG



ANATOMI FISIOLOGI HIDUNG
ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG
A. ANATOMI HIDUNG
1. Hidung Luar
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian – bagiannya dari atas ke bawah :
1. Pangkal hidung (bridge)
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung
4. Ala nasi
5. Kolumela
6. Lubang hidung (nares anterior)
Gambar 1.
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M. Nasalis pars allaris. Kerja otot – otot tersebut menyebabkan nares dapat melebar dan menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Lubang yang terdapat pada bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh :
- Superior : os frontal, os nasal, os maksila
- Inferior : kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris mayor dan kartilago alaris minor
Dengan adanya kartilago tersebut maka nasi eksternus bagian inferior menjadi fleksibel.
Perdarahan :
1. A. Nasalis anterior (cabang A. Etmoidalis yang merupakan cabang dari A. Oftalmika, cabang dari a. Karotis interna).
2. A. Nasalis posterior (cabang A.Sfenopalatinum, cabang dari A. Maksilaris interna, cabang dari A. Karotis interna)
3. A. Angularis (cabang dari A. Fasialis)
Persarafan :
1. Cabang dari N. Oftalmikus (N. Supratroklearis, N. Infratroklearis)
2. Cabang dari N. Maksilaris (ramus eksternus N. Etmoidalis anterior)
2. Kavum Nasi
Dengan adanya septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua ruangan yang membentang dari nares sampai koana (apertura posterior). Kavum nasi ini berhubungan dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan fossa kranial media. Batas – batas kavum nasi :
Posterior : berhubungan dengan nasofaring
Atap : os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale, korpus sfenoidale dan sebagian os vomer
Lantai : merupakan bagian yang lunak, kedudukannya hampir horisontal, bentuknya konkaf dan bagian dasar ini lebih lebar daripada bagian atap. Bagian ini dipisahnkan dengan kavum oris oleh palatum durum.
Medial : septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi dua ruangan (dekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi oleh kulit, jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. Bagian dari septum yang terdiri dari kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa = kolumna = kolumela.
Lateral : dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, os lakrima, os etmoid, konka nasalis inferior, palatum dan os sfenoid.
Konka nasalis suprema, superior dan media merupakan tonjolan dari tulang etmoid. Sedangkan konka nasalis inferior merupakan tulang yang terpisah. Ruangan di atas dan belakang konka nasalis superior adalah resesus sfeno-etmoid yang berhubungan dengan sinis sfenoid. Kadang – kadang konka nasalis suprema dan meatus nasi suprema terletak di bagian ini.
Perdarahan :
Arteri yang paling penting pada perdarahan kavum nasi adalah A.sfenopalatina yang merupakan cabang dari A.maksilaris dan A. Etmoidale anterior yang merupakan cabang dari A. Oftalmika. Vena tampak sebagai pleksus yang terletak submukosa yang berjalan bersama – sama arteri.
Persarafan :
1. Anterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari N. Trigeminus yaitu N. Etmoidalis anterior
2. Posterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari ganglion pterigopalatinum masuk melalui foramen sfenopalatina kemudian menjadi N. Palatina mayor menjadi N. Sfenopalatinus.
3. Mukosa Hidung
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel – sel goblet. Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang – kadang terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa. Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada permukaannya. Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet.
Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang penting. Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi akan didorong ke arah nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam rongga hidung. Gangguan pada fungsi silia akan menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Gangguan gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan udara yang berlebihan, radang, sekret kental dan obat – obatan.
Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak bersilia (pseudostratified columnar non ciliated epithelium). Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan.
B. Fisiologi hidung
1. Sebagai jalan nafas
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.
2. Pengatur kondisi udara (air conditioning)
Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara :
a. Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.
b. Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C.
3. Sebagai penyaring dan pelindung
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh :
a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi
b. Silia
c. Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel – partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia.
d. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.
4. Indra penghirup
Hidung juga bekerja sebagai indra penghirup dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.
5. Resonansi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.
6. Proses bicara
Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara.
7. Refleks nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

ANATOMI HIDUNG



ANATOMI FISIOLOGI HIDUNG
ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG
A. ANATOMI HIDUNG
1. Hidung Luar
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian – bagiannya dari atas ke bawah :
1. Pangkal hidung (bridge)
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung
4. Ala nasi
5. Kolumela
6. Lubang hidung (nares anterior)
Gambar 1.
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M. Nasalis pars allaris. Kerja otot – otot tersebut menyebabkan nares dapat melebar dan menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Lubang yang terdapat pada bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh :
- Superior : os frontal, os nasal, os maksila
- Inferior : kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris mayor dan kartilago alaris minor
Dengan adanya kartilago tersebut maka nasi eksternus bagian inferior menjadi fleksibel.
Perdarahan :
1. A. Nasalis anterior (cabang A. Etmoidalis yang merupakan cabang dari A. Oftalmika, cabang dari a. Karotis interna).
2. A. Nasalis posterior (cabang A.Sfenopalatinum, cabang dari A. Maksilaris interna, cabang dari A. Karotis interna)
3. A. Angularis (cabang dari A. Fasialis)
Persarafan :
1. Cabang dari N. Oftalmikus (N. Supratroklearis, N. Infratroklearis)
2. Cabang dari N. Maksilaris (ramus eksternus N. Etmoidalis anterior)
2. Kavum Nasi
Dengan adanya septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua ruangan yang membentang dari nares sampai koana (apertura posterior). Kavum nasi ini berhubungan dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan fossa kranial media. Batas – batas kavum nasi :
Posterior : berhubungan dengan nasofaring
Atap : os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale, korpus sfenoidale dan sebagian os vomer
Lantai : merupakan bagian yang lunak, kedudukannya hampir horisontal, bentuknya konkaf dan bagian dasar ini lebih lebar daripada bagian atap. Bagian ini dipisahnkan dengan kavum oris oleh palatum durum.
Medial : septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi dua ruangan (dekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi oleh kulit, jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. Bagian dari septum yang terdiri dari kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa = kolumna = kolumela.
Lateral : dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, os lakrima, os etmoid, konka nasalis inferior, palatum dan os sfenoid.
Konka nasalis suprema, superior dan media merupakan tonjolan dari tulang etmoid. Sedangkan konka nasalis inferior merupakan tulang yang terpisah. Ruangan di atas dan belakang konka nasalis superior adalah resesus sfeno-etmoid yang berhubungan dengan sinis sfenoid. Kadang – kadang konka nasalis suprema dan meatus nasi suprema terletak di bagian ini.
Perdarahan :
Arteri yang paling penting pada perdarahan kavum nasi adalah A.sfenopalatina yang merupakan cabang dari A.maksilaris dan A. Etmoidale anterior yang merupakan cabang dari A. Oftalmika. Vena tampak sebagai pleksus yang terletak submukosa yang berjalan bersama – sama arteri.
Persarafan :
1. Anterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari N. Trigeminus yaitu N. Etmoidalis anterior
2. Posterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari ganglion pterigopalatinum masuk melalui foramen sfenopalatina kemudian menjadi N. Palatina mayor menjadi N. Sfenopalatinus.
3. Mukosa Hidung
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel – sel goblet. Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang – kadang terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa. Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada permukaannya. Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet.
Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang penting. Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi akan didorong ke arah nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam rongga hidung. Gangguan pada fungsi silia akan menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Gangguan gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan udara yang berlebihan, radang, sekret kental dan obat – obatan.
Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak bersilia (pseudostratified columnar non ciliated epithelium). Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan.
B. Fisiologi hidung
1. Sebagai jalan nafas
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.
2. Pengatur kondisi udara (air conditioning)
Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara :
a. Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.
b. Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C.
3. Sebagai penyaring dan pelindung
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh :
a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi
b. Silia
c. Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel – partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia.
d. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.
4. Indra penghirup
Hidung juga bekerja sebagai indra penghirup dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.
5. Resonansi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.
6. Proses bicara
Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara.
7. Refleks nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.