JURNAL
KARDIOMIOPATI
PERIPARTUM
NAMA
KELOMPOK 9 :
1. DM Gina Dwi Handayani (1202039)
2. Marsela Riska Raswandaru (1202093)
3. Vincentia Pangestika (1202143)
4. Yohanes Krisdyanto (1202155)
5. Datik Suastika (1202031)
6. Miki Lea Marsemi (1202096)
7. Ghandis Ayu (1202164)
8. Herdianto Septiaji (1202058)
9. Indri krisyelita (1202065)
10. Septina Dwi Anggraini
(1202128)
STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2012/2013
JURNAL EBN KARDIOMIOPATI
PERIPARTUM
ü JURNAL
UTAMA
PILIHAN
TERAPI KARDIOMIOPATI PERIPARTUM AKUT DENGAN IABP,LVAD,LVADs,DAN ECMO
ü JURNAL
PEMBANDING
PEMULIHAN
KARDIOMIOPATI PERIPARTUM AKUT DENGAN PENGOBATAN BROMOCRIPTINE PADA SAUDARA
KANDUNG
BAB I
LATAR BELAKANG
- Definisi
Kardiomiopati adalah penyakit miokard yang primer atau
idiopatik dengan adanya kerusakan yang luas pada miofibril jantung yang
ditandai dengan dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan
penipisan dinding otot, pembesaran antrium kiri, dan statis darah dalam
ventrikel.
Menurut WHO, kardiomiopati adalah suatu kelainan akut, subakut
atau kronis pada otot jantung.
- Etiologi
1.
Kardiomiopati
kongestif/dilatasi
Etiologi kardiomiopati kongestif belum diketahui secara
pasti, tetapi kemungkinan ada hubungannya dengan pemakaian alkohol berlebihan,
graviditas dan puerperium, hipertensi sistemik, infeksi virus, kelainan
autoimun, dan pengaruh bahan kimia dan fisik.
2.
Kardiomiopati
hipertropik
Etiologi penyakit kardiomiopati hipertrofik ini tidak
diketahui. Diduga penyebabanya adalah factor genetik, familial, rangsangan
katekolamin, kelainan pembuluh darah koronerkecil, kelainan yang menyebabkan
iskemia miokard, kelainan konduksi atrioventrikular dan kelainan kolagen.
3.
Kardiomiopati
restriktif
Penyebab kelainan otot jantung ini juga tidak diketahui.
Kardiomiopati restriktif sering ditemukan pada amiloidosis, hemokromatosis,
deposisi glikogen, fibrosis endomiokardial, eosinofilia, fibroelastosis, dan
lain-lain.
- Penatalaksanaan
Penanganan
kardiomiopati peripartum hampir sama dengan penanganan kardiomiopati dilatasi
non-iskemik
1.
Terapi non-farmakologi
2.
Diet rendah garam (<
4 g/hari)
3.
Pembatasan cairan (<
2 L/hari)
4.
Exercise sederhana
(contoh: berjalan, bersepeda)
5.
Terapi farmakologi oral
6.
Prepartum
7.
Amlodipine
8.
Hidralazin / nitrat
9.
Digoksin
10.
Diuretik
11.
Beta blocker
12.
Postpartum
13.
ACE inhibitor atau
angiotensin II receptor blocker
14.
Digoksin
15.
Diuretin
16.
Amlodipin
17.
Hidrolizin / nitrat
18.
Beta blocker
19.
Terapi farmakologi
intravena pada pasien dengan gejala berat.
20.
Tidak berespon terhadap
terapi oral
21.
Dobutamin
22.
Dopamine
23.
Milrinon
24.
Nitroprusid
Tujuan
penanganan adalah untuk mengurangi kembalinya volume ke jantung (mengurangi
preload), menurunkan resistensi yang melawan pompa jantung (mengurangi
afterload), dan meningkatkan kontraktilitas jantung (inotropik).
ANALISIS EVIDENCE BASED
NURSING
A. TINJAUAN EBPN
A.1 MASALAH
KLINIK
a. Problem/Populasi
Di Amerika Serikat,
insiden penyakit kardiomiopati antara 1: 300 – 1 : 4000 kehamilan, variasi ini
diyakini akibat faktor genetik dan budaya setempat. Walaupun secara definisi
kardiomiopati peripartum dapat terjadi sejak bulan terakhir kehamilan hingga 5
bulan pasca melahirkan, sekitar 60% kasus terjadi dalam 2 bulan pertama masa
nifas, hanya sekitar 7% kasus terjadi pada trisemester ke-3. Selain itu juga
dilaporkan insiden kardiomiopati peripartum lebih tinggi diwilayah geografis
Afrika sebagian besar disebabkan karena faktor malnutrisi dan kebudayaan lokal
pada masa nifas.
b. Intervensi
·
Jurnal Utama
-
Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien kardiomiopati
peripartum yang di Rumah Sakit Universitas
Ghent dengan jumlah sampel 6
pasien.
-
Tiga pasien disajikan
dalam periode postpartum dan tiga pasien pada akhir kehamilan
-
Instrumen yang
digunakan adalah terapi dan pompa balon intra –
aorta (IABP), ventrikel kiri membantu perangkat (LVAD), LVADs, dan Ekstra
korporeal oksigenasi membran (ECMO).
·
Jurnal
Pembanding
-
Populasi pada
penelitian ini adalah 2 saudara perempuan yang berumur 27
dan 35 tahun berasal dari Afrika.
-
Penelitian ini membandingkan pasien
pertama pembesaran trombos ventrikel kiri sedangkan yang kedua tidak
-
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pengobatan
Bromocriptine
c. Comparation/Perbandingan
intervensi
Pada penelitian ini membandingkan pilihan
terapi (IABP, LVAD, LVADs, dan ECMO) dan pengobatan Bromocriptine.
·
Jurnal
Utama
Pemberian
terapi dilakukan berkisar antara 1 sampai 13 hari yang pelaksanaannya sesuai dengan standar opersional prosedur.
·
Jurnal
Pembanding
Melakukan pengobatan Brimocriptine
terkait dengan pemulihan kardiomiopati peripartum pada saudara kandung.
d. Output
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemulihan yang lebih efektif dan
aman antara terapi dan pompa balon intra – aorta (IABP), ventrikel kiri
membantu perangkat (LVAD), LVADs, dan Ekstra korporeal oksigenasi membran
(ECMO) dan pengobatan Bromocriptine.
Latar Belakang : Kardiomiopati
adalah penyakit miokard yang primer atau idiopatik dengan adanya
kerusakan yang luas pada miofibril jantung yang ditandai dengan dilatasi
atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot,
pembesaran antrium kiri, dan statis darah dalam ventrikel.
Menurut WHO, kardiomiopati adalah suatu kelainan akut,
subakut atau kronis pada otot jantung.
Metode : - Junal Utama
Menggunakan
terapi
dan pompa balon intra – aorta (IABP), ventrikel kiri membantu perangkat (LVAD),
LVADs, dan Ekstra korporeal oksigenasi membran (ECMO), terhadap tiga pasien
disajikan dalam periode postpartum dan tiga pasien pada akhir kehamilan dengan
hasil :
-
Satu pasien yang
menggunakan EMCO dengan syok kardiogenik , menimbulkan sindrom disfungsi organ
dan bayi lahir meninggal.
-
Dua pasien menunjukkan
pemulihan parsial dan bisa dipisahkan dari IABP.
-
Tiga pasien LVAD
berhasil dipindahkan 78 , 126 dan 360 hari setelah implan LVAD
-
Jurnal
Pembanding
Menggunakan
pengobatan
Bromocriptine terhadap 2 saudara perempuan yang berumur 27 dan 35 tahun berasal
dari Afrika, dengan hasil :
-
Selama tindak lanjut,
pasien yang mengalami trombus ventrikel kiri terdegradasi.
-
Pasien yang tidak
mengalami trombus ventrikel kiri
mengalami trombotik, dan perbaikan terus menerus fungsi jantung.
Kesimpulan : - Jurnal utama
Dalam PPCM dengan
refraktori gagal jantung IABP adalah aman dan efisien sebagai terapi untuk
pemulihan atau sebagai penghubung LVAD .
ECMO memberikan dukungan sementara sebagai penghubung untuk LVAD juga ,
sementara baru LVADs terus-aliran yang ditawarkan aman untuk transplantasi .
-
Jurnal Pembanding
Perkembangan
kardiomiopati peripartum di dua saudara menunjukkan bahwa ada dasar genetik
untuk jenis kardiomiopati, dan bahwa wanita dengan riwayat keluarga yang
positif untuk peripartum cardiomyopathy mungkin memiliki peningkatan risiko
mengembangkan penyakit. Ini juga merupakan laporan pertama dari pasien
mengalami degradasi trombus ventrikel kiri besar di bawah terapi standar untuk
gagal jantung dengan bromocriptine. Ini menunjukkan bahwa penggunaan
bromocriptine dalam hubungan dengan memadai anti-koagulasi dan terapi gagal
jantung bermanfaat dan aman.
LAMPIRAN JURNAL
JURNAL UTAMA :
2011;15(2):R93. doi: 10.1186/cc10098. Epub 2011 Mar 10.
Acute and critically ill peripartum cardiomyopathy and 'bridge to'
therapeutic options: a single center experience with intra-aortic balloon pump,
extra corporeal membrane oxygenation and continuous-flow left ventricular
assist devices.
Gevaert S, Van Belleghem Y, Bouchez S, Herck I, De Somer F, De Block Y, Tromp F, Vandecasteele E, Martens F, De Pauw M.
Source
Department
of Cardiology, Heart Center, Ghent University Hospital, De Pintelaan 185, 9000
Ghent, Belgium. sofie.gevaert@ugent.be
Abstract
INTRODUCTION:
Peripartum
cardiomyopathy (PPCM) patients refractory to medical therapy and intra-aortic
balloon pump (IABP) counterpulsation or in whom weaning from these therapies is
impossible, are candidates for a left ventricular assist device (LVAD) as a
bridge to recovery or transplant. Continuous-flow LVADs are smaller, have a
better long-term durability and are associated with better outcomes. Extra
corporeal membrane oxygenation (ECMO) can be used as a temporary support in
patients with refractory cardiogenic shock. The aim of this study was to
evaluate the efficacy and safety of mechanical support in acute and critically
ill PPCM patients.
METHODS:
This was a
retrospective search of the patient database of the Ghent University hospital
(2000 to 2010).
RESULTS:
Six
PPCM-patients were treated with mechanical support. Three patients presented in
the postpartum period and three patients at the end of pregnancy. All were
treated with IABP, the duration of IABP support ranged from 1 to 13 days. An
ECMO was inserted in one patient who presented with cardiogenic shock, multiple
organ dysfunction syndrome and a stillborn baby. Two patients showed partial
recovery and could be weaned off the IABP. Four patients were implanted with a
continuous-flow LVAD (HeartMate II, Thoratec Inc.), including the ECMO-patient.
Three LVAD patients were successfully transplanted 78, 126 and 360 days after
LVAD implant; one patient is still on the transplant waiting list. We observed
one peripheral thrombotic complication due to IABP and five early bleeding
complications in three LVAD patients. One patient died suddenly two years after
transplantation.
CONCLUSIONS:
In PPCM
with refractory heart failure IABP was safe and efficient as a bridge to
recovery or as a bridge to LVAD. ECMO provided temporary support as a bridge to
LVAD, while the newer continuous-flow LVADs offered a safe bridge to
transplant.
JURNAL PEMBANDING
2010 Mar 4;4:80.
doi: 10.1186/1752-1947-4-80.
Bromocriptine treatment associated with recovery from peripartum
cardiomyopathy in siblings: two case reports.
Source
Department of Cardiology and Angiology,
MHH, Carl Neuberg Strasse 1, 30625 Hannover, Germany.
meyer.gerdp@mh-hannover.de.
Abstract
INTRODUCTION:
Peripartum cardiomyopathy is a rare form of
cardiomyopathy, with heterogeneous presentation occurring in women between
one-month antepartum and six months postpartum. It carries a poor prognosis and
a high risk of mortality.
CASE
PRESENTATION:
We report the development of peripartum
cardiomyopathy in two sisters, 27- and 35-year-old African women, one of whom
presented with a large left ventricular thrombus. Subsequently, both patients
were treated with bromocriptine, heparin and standard therapy for heart failure
(angiotensin converting enzyme inhibitors, beta-blockers and diuretics). During
follow-up, the left ventricular thrombus observed in one patient degraded.
Neither patient experienced a thrombotic event, and both experienced continuous
improvements in cardiac function and New York Heart Association stage.
CONCLUSION:
The development of peripartum cardiomyopathy in
two sisters indicates that there may be a genetic basis for this type of
cardiomyopathy, and that women with a positive family history for peripartum
cardiomyopathy may have an increased risk of developing the disease. This is
also the first report of a patient experiencing degradation of a large left
ventricular thrombus under standard therapy for heart failure with
bromocriptine. It suggests that the use of bromocriptine in association with
adequate anti-coagulation and heart failure therapy may be beneficial and safe.