BELAJAR
MENJADI PRIBADI LUAR BIASA
Oleh : Widyastuti
ER.
Menjadi pribadi luar biasa tidak sama dengan tersohor/tenar
- Kepribadian adalah personality,
- Ketenaran adalah popularity
Sebagai contoh, seseorang populer karena menjadi bintang
olah raga yang hebat. Dia menjadi selebriti dengan popularitasnya meroket
karena kehebatannya di bidang olah raga. Dia tersohor, tenar, dibidang olah
raga.
Belajar menjadi pribadi luar biasa memerlukan kesadaran dari individu untuk
mampu mengelola berbagai aspek yang ada pada diri sendiri seperti halnya
sifat-sifat positif yang ada, serta kesadaran untuk mampu mencapainya dan
ketekunan dalam mencapai hal tersebut.
Untuk mengawalinya, kita belajar sedikit tentang Pengantar Kepribadian.
A. Arti Kepribadian
Kepribadian = personality (bahasa Inggris), person (bahasa Latin) =
topeng.
1.
Menurut Gordon W Allport, Kepribadian
merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisik
dengan caranya yang khas (unik) dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Dari pengertian tersebut, ada beberapa hal yang perlu
dijelaskan yang merupakan kata-kata kunci dalam pengertian kepribadian:
a.
Organisasi yang
dinamis, maksudnya bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah .
b.
Psikofisik,
menunjukkan bahwa kepribadian merupakan perpaduan antara aspek psikologis dan
fisik dalam kesatuan kepribadian.
c.
Kata menentukan,
berarti bahwa kepribadian mengandung arti kecenderungan-kecenderungan yang
memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu.
Kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu.
Kepribadian terletak di belakang/dibalik
perbuatan-perbuatan khusus dan di dalam individu.
d.
Unik, menunjukkan
bahwa tidak ada dua orang yang memiliki kepribadian sama.
e.
Menyesuaikan diri
terhadap lingkungan, menunjukkan bahwa kepribadian mengantar individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun psikologis,
kadang-kadang menguasainya.
Jadi kepribadian adalah sesuatu yang mempunyai fungsi
adaptasi dan menentukan.
2.
Menurut Abin Syamsudin Makmun, Kepribadian merupakan kualitas perilaku individu yang tampak dalam
penyesuaian dirinya secara unik terhadap
lingkungannya.
Keunikan dalam penyesuaian diri tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek
kepribadian itu sendiri, yang meliputi :
a.
Karakter, yaitu
konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku; konsisten (teguh) tidaknya
dalam memegang pendirian atau berpendapat.
b.
Temperamen, yaitu
disposisi reaktif seseorang atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsang
yang datang dari lingkungan.
c.
Sikap, yaitu sambutan
yang bersifat positif, negatif, ambivalen (ragu) terhadap obyek ( peristiwa,
orang, norma, dlsb) .
d.
Stabilitas
emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungannya. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih atau putus asa.
e.
Responsibilitas
(tanggung jawab), yaitu kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan.Seperti : mau menerima resiko secara wajar, atau cuci
tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapinya.
f.
Sosiabilitas,
yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Disposisi
ini tampak dalam sifat pribadi seperti tertutup atau terbuka, dan kemauan
mengkomunikasikan kepada orang lain.
B.
Faktor yang mempengaruhi Kepribadian.
Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat
hereditas
( pembawaan
) maupun lingkungan ( fisik, sosial, spiritual, kebudayaan ).
a.
Intelegensi. Individu dengan tingkat intelegensi normal (biasa) atau tinggi,mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannnya secara wajar. Individu dengan tingkat
intelegensi rendah akan mengalami kendala atau hambatan dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
b.
Fisik. Faktor fisik yang
dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian postur tubuh ( langsing, gemuk,
pendek, tinggi ), kecantikan ( cantik atau tidak cantik ), kesehatan ( sehat
atau sakit-sakitan ), keutuhan tubuh ( utuh atau cacat ).
c.
Keluarga. Suasana atau iklim keluarga sangat
penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam
lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis dalam arti orang tuanya memberikan
curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga,
maka perkembangan kepribadian anak cenderung positif.
Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga broken home, kurang harmonis, orangtua
bersikap keras terhadap anak, tidak memperhatikan nilai agama dalam
berkeluarga, maka perkembangan kepribadiannya cenderung akan mengalami distorsi
atau mengalami hambatan dalam menyesuaikan diri (maladjustment).
d.
Teman sebaya (peer group). Setelah masuk sekolah anak mulai bergaul dengan teman
sebayanya dan menjadi anggota dari kelompoknya. Pada saat inilah anak mulai
mengalihkan perhatiannya untuk mengembangkan sifat dan perilaku yang cocok atau
dikagumi oleh teman-temannya, walaupun mungkin tidak sesuai dengan harapan
orang tua. Melalui hubungan interpersonal dengan teman sebaya anak belajar
menilai dirinya sendiri dan kedudukannya dalam kelompok. Bagi anak yang kurang
mendapatkan kasih sayang dan bimbingan keagamaan atau etika dari orangtuanya,
biasanya kurang memiliki kemampuan selektif dalam memilih teman dan mudah
sekali terpengaruh oleh sifat dan perilaku kelompoknya. Berdasarkan pengamatan
di lapangan, ternyata tidak sedikit anak yang menjadi perokok berat, peminum
minuman keras, pergaulan bebas, alkohol karena pengaruh teman sebaya.
e.
Kebudayaan. Setiap kelompok masyarakat ( suku bangsa, bangsa ) memiliki tradisi, adat
atau kebudayaan yang khas. Tradisi atau kebudayaan dalam masyarakat memberikan
pengaruh terhadap perkembangan kepribadian setiap anggotanya, baik yang menyangkut cara berfikir (seperti cara memandang
sesuatu, bersikap atau cara berperilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap
kepribadian dapat dilihat dari adanya perbedaan antara masyarakat modern
(memiliki budaya relatif maju khususnya IPTEK) , dengan masyarakat primitif
( budayanya masih relatif sederhana seperti cara makan, berpakaian.
C. Karakteristik Kepribadian yang
sehat dan tidak sehat
Salah satu kata kunci dalam
pengertian kepribadian adalah “penyesuaian”
(adjusment).
Menurut Alexander A Schneiders ( 1964 ), penyesuaian dapat diartikan
sebagai “suatu proses respon individu baik yang bersifat behavioral maupun
mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional,
frustrasi, konflik dan memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan
dengan tuntutan lingkungan ( norma ).
Dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah yang dihadapi,
ternyata tidak semua individu mampu menampilkan secara wajar (normal) atau
sehat ( well adjustmant ) . Diatara
mereka banyak juga yang mengalami tidak sehat ( mal adjustment ) .
E.B. Hurlock (1986), mengemukakan bahwa penyesuaian yang sehat, disebut juga kepribadian yang sehat (healthy
personality ), ditandai dengan karakteristik sebagai berikut :
1.
Mampu menilai diri
secara realistik.
Mampu menilai dirinya sebagaimana adanya baik kelebihan
maupun kekurangan/kelemahannya meliputi fisik (postur tubuh, wajah, keutuhan
dan kesehatan) dan kemampuannya.
2.
Mampu menilai
situasi secara realistik.
Bisa menghadapi situasi dan kondisi kehidupan yang
dihadapi secara realistik dan mau
menerimanya secara wajar. Dia tidak mengharapkan kondisi kehidupan sebagai
sesuatu yang harus sempurna.
3.
Mampu menilai
prestasi yang diperoleh secara realistik.
Bisa menilai keberhasilan yang diperolehnya secara
realistik dan mereaksinya secara rasional. Dia tidak menjadi sombong, tidak
angkuh, atau tidak mengalami “superiority
complex” apabila memperoleh prestasi atau kesuksesan yang tinggi. Dia tidak
menjadi frustrasi apabila mengalami sebuah kegagalan dalam kehidupannya. Tetapi
dengsn sikap optimistik (penuh harapan)
4.
Menerima tanggung
jawab.
Bisa bertanggung jawab dan memiliki keyakinan terhadap
kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupannya.
5.
Kemandirian (autonomi).
Memiliki sikap mandiri dalam cara berfikir dan bertindak,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta
menyesuaikan diri secara konstruktif dengan norma yang berlaku di
lingkungannya.
6.
Dapat mengontrol
emosi.
Merasa nyaman dengan emosinya. Dia bisa menghadapi
situasi frustasi, depresi, atau stres secara positif dan konstruktif, tidak merusak (destruktif).
7.
Berorientasi
tujuan.
Mampu merumuskan tujuan berdasarkan pertimbangan secara
matang dan rasional, tidak atas paksaan dari luar. Dia berupaya untuk mencapai
tujuan dengan cara mengembangkan wawasan dan ketrampilannya.
8.
Berorientasi
keluar (ekstrovert).
Mampu bersikap respek dan empati terhadap orang lain,
memiliki kepedulian terhadap situasi dan masalah di sekitarnya, serta memiliki
pola pikir yang bersifat fleksibel.
Barrett Leonard mengemukakan bahwa individu yang
berorientasi keluar memiliki sifat-sifat : menghargai dan menilai orang lain
seperti dirinya sendiri,merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak
membiarkan dirinya dimanfaatkan menjadi korban bagi orang lain dan tidak
mengorbankan orang lain karena kekecewaan dirinya.
9.
Penerimaan sosial.
Dinilai positif oleh orang lain, mau berpartisipasi aktif
dalam kegiatan sosial, memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang
lain.
10.
Memiliki fissafat
hidup.
Mampu mengarahkan hidupnya berdasarkan filosofi hidupnya
yang berakar dari keyakinan agamanya.
11.
Berbahagia.
Suasana kehidupannya diwarnai dengan kebahagiaan.
Kebahagiaan ini bisa didukung oleh faktor achievement (pencapaian prestasi ), acceptance ( penerimaan oleh orang
lain), dan affection (perasaan
dicintai atau disayangi orang lain.
Kepribadian yang tidak sehat ditandai
dengan karakteristik sebagai berikut :
1.
Mudah marah,mudah
tersinggung.
2.
Menunjukkan
kekhawatiran dan kecemasan
3.
Sering merasa
tertekan dan depresi.
4.
Bersikap kejam
atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap
binatang/hewan.
5.
Ketidak mampuan
menghidarkan diri dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingatkan atau
dihukum.
6.
Mempunyai
kebiasaan berbohong.
7.
Hiperaktif.
8.
Bersikap memusuhi
semua bentuk otoritas.
9.
Senang mengritik/mencemooh
orang lain
10.
Sulit tidur.
11.
Kurang memiliki
rasa tanggung jawab
12.
Serug mengalami
pusing kepala
13.
Kurang memiliki kesadaran
untuk mentaati ajaran agama.
14.
Bersikap pesimis
dalam menghadapi kehidupan.
15.
Kurang bergairah (
bermuram durja ) dalam menjalani kehidupan.
Kepribadian yang tidak sehat ini berkembang pada anak yang
dibesarkan dalam lingkungan tidak mendukung
(tidak kondusif).
C. Perubahan Kepribadian.
Meskipun kepribadian seseorang
itu relatif konstan, namun dalam kenyataan sering ditemukan bahwa perubahan
kepribadian itu bisa dan mungkin terjadi.
Perubahan kepribadian pada umumnya lebih dipengaruhi oleh faktor
ligkungan dari pada faktor fisik, dan
lebih sering dialami pada anak dari pada orang dewasa.
E.B.Hurlock (1956), mengklasifikasikan faktor-faktor yang mnyebabkan
terjadinya perubahan kebribadian ke
dalam tiga kategori, yaitu :
1.
Faktor organik, seperti makanan,
obat, infeksi.
2.
Faktor lingkungan sosial budaya, seperti pendidikan, adat istiadat, kebiasaan, pergaulan.
3.
Faktor dari dalam individu itu sendiri, seperti tekanan emosional, identifikasi terhadap orang
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar