Konsep Transkultural nursing
15
May
Bab I
Biografi Madeleine Leininger
Madeleine
lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah lahan pertanian
hidup dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudari.
Tahun 1945,
dia bersama saudarinya menjadi kadet di korps perawat dan mengambil
program diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver. Hal yang juga
mendorong dia menjadi seorang perawat di karenakan salah satu bibinya
menderita penyakit jantung bawaan, dia ingin membuat suatu perbedaan
dalam kehidupan manusia, khususnya di bidang perawatan.
Tahun 1948, menyelesaikan diploma keperawatan.
Tahun 1950,
menerima gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat dan humaniora
dariBenedictine College di Atchison, Kansas. Membuka pelayanan
keperawatan dan program pendidikan jiwa di Creighton University di Omaha
, Nebraska.
Tahun 1953, Menerima
gelar master dalam ilmu keperawatan dari University chatolik of
America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati dan memulai program
pendidikan jiwa pertama di Amerika.
Tahun antara 1954-1960,
menjadi professor keperawatan dan direktur program pasca sarjana di
Universitas Cincinnati. Juga menerbitkan buku tentang keperawatan
psikiatrik, di sebut Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, dalam sebelas bahasa
dan digunakan di seluruh dunia.
Tahun 1965,
Madeleine menjadi perawat pertama mendapat gelar Ph.D dalam
antropologi, di Washington University. sebagai bagian dari proses beliau
mencari penyelesaian masalah tidak cukup adekuat intervensi kejiwaan
tradisional menjawab kebutuhan anak-anak dengan latar belakang budaya
yang berbeda-beda.
Tahun 1966,
di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi di University
of Colorado, di mana untuk pertama kalinya perawatan transkultural di
perkenalakan di dunia keperawatan.
Tahun 1969-1974, sebagai dekan,professor keperawatan dan dosen antropologi di University Of Washington school of Nursing.
Tahun 1974-1980,
menjabat sebagai dekan dan professor Utah University dan membuka
program pertama untuk master dan doktoral transkultural keperawatan.
Tahun 1981,
professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di Wayne State
University. Saat berkarya di sini Madeleine mendapat beberapa
penghargaan, antara lain :
1. Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam mengajar.
2. The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award.
3. Gershenson’s Research Fellowship Award.
Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in Science Award” oleh California State University.
Tahun 1991,
sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau menerbitkan teorinya
tentang perawatan keanekaragaman budaya dan universal dan menciptakan
istilah “culturally congruent care’ sebagai tujuan dari
teorinya. Teori ini diuraikan dalam buku keanekaragaman budaya perawatan
dan universal. Mengembangkan metode Ethnonursing dan melakukan
penelitian di lapangan dengan membaur hidup bersama suku Gadsup di
dataran tinggi Timur di New Guinea tentang perawatn transkultural.
Sepanjang
kariernya sebagai perawat terlebih ahli dalam teori keperawatan mulai
mengadakan sertifikasi gelar perawatan transkultural dan telah
mendirikan organisasi organisasi professional termasuk perawatan
transkultural Masyarakat pada tahun 1974, asosiasi perawatan manusia
internasional pada tahun1978 dan menjabat sebagai presiden secara penuh
pertama dari American Association of Colleges of Nursing. Mendirikan dan
menjabat editor pertama dari Journal of Transkultural Nursing pada
tahun 1989-1995. Penghargaan terakhir yang di terima adalah anugerah
Lifetime Achievement Award untuk kualitatif metodologi.
Dr.
Madeleine Leininger adalah Guru besar yang terkenal di seluruh dunia,
penulis, pengembang teori, penelitidan pembicara publik. Menjadi
professor dari sekitar 70 perguruan tinggi, menulis 25 buku dan
menerbitkan lebih dari 220 artikel yang sekarang bisa kita lihat sebagai
arsip di Wayne State University digunakan juga sebagai bahan
penelitian.Memberikan lebih dari 850 kuliah umum di seluruh dunia dan
telah mengembangkan software sendiri untuk perawat. Bidang keahliannya
adalah keperawatan transkultural, perawatan manusia komparatif, teori
perawatan budaya, budaya di bidang keperawatan dan kesehatan,
antropologi dan masa depan dunia keperawatan. Magnificent Achievement.
Bab II
Pembahasan Teori dan model konsep keperawatan Transkultural
1. Pengertian teori Transkultural
Teori
ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M. leininger
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan
nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger
beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya
dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila
hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya
cultural shock.
Cultural
shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh
perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan
yang diberikan.
Transkultural Nursing adalah suatu
area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring.
Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai
tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara
utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir,
dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala
manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala
sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang
utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi,
struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan
tempat lainnya.
2. Konsep dalam Transkultural Nursing
a. Budaya
adalah
norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil
keputusan.
b. Nilai budaya
adalah
keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi
tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya
Dalam
asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari pemberian asuhan
keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya
individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan
dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi
(Leininger, 1985).
c. Etnosentris
diantara
budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi yang
dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang
terbaik.
e. Etnis
berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras
adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia g. Etnografi
adalah
ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi
pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi
untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan
timbal balik diantara keduanya. h. Care
adalah
fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi
kebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan
kualitas kehidupan manusia. i. Caring
adalah
tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata
atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
j. Cultural Care
berkenaan
dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola
ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi
kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Culturtal imposition
berkenaan
dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan,
praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide yang
dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
3. Paradigma Transkultural Nursing
Leininger
(1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara
pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap
empat konsep sentral keperawatan (Andrew and Boyle, 1995), yaitu :
-. manusia,
-. sehat,
-. lingkungan dan
-. Keperawatan.
- Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan
pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun
dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
- Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya
yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang
dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
- Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan
dipandang sebagai suatu totalitas kehidupandimana klien dengan budayanya
saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik,
sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau
diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan,
pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir
tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat
yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti
struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yangmenyebabkan
individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, iwayat
hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
- Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu
sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan(Leininger, 1991) adalah :
-. Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan
diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki
klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya,misalnya budaya Berolah raga setiap pagi
-. Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,
maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang.
-. Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana
hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
4. Proses keperawatan Transkultural.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk
matahari terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar 1.
Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh
perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah
klien (Andrew andBoyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan
dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
4.1.
pengkajian Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :
a.
Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat
kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas
kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawatadalah :
agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak
positif terhadap kesehatan.
b.
Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, danhubungan klien dengan
kepala keluarga.
c.
Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut
budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan
jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi
sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan
diri.
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah
segalasesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu
dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
e.
Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat di rumah sakit
memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai
sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
f.
Faktor pendidikan (educational factors) tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang pendidikan klien adalah
pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat
ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut
dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri.
4.2.
Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai
latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi
melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat
tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu :
-.
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, -.
Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan -.
Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
4.3. Perencanaan dan Pelaksanaan Perencanaan dan pelaksanaan dalam
keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak
dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang
tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai
denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga
pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and
Boyle, 1995) yaitu :
-. Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,
-. Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan
-. Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan. a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi 2) Bersikap tenang dan tidak
terburu-buru saat berinterkasi dengan klien 3) Mendiskusikan kesenjangan
budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural care accomodation/negotiation 1)
Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien 2) Libatkan keluarga
dalam perencanaan perawatan 3) Apabila konflik tidak terselesaikan,
lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis,
pandangan klien dan standar etik. c. Cultural care repartening/reconstruction 1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok 3) Gunakan pihak ketiga bila perlu. 4) Terjemahkan terminologi
gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien
dan keluarga. 5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan
kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing masing
melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat
terapeutik.
4.4.
Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan
atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan
dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Bab III
Aplikasi Teori
Studi kasus
Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Seorang dokter muda berumur 28 tahun baru saja melahirkan anak
pertamanya, di kamar perawatan dia ditemani oleh suami dan keluarga
termasuk mertuanya. Karena baru selesai melahirkan, sang dokter
tampaknya agak malas untuk menyusui bayinya saat itu dan ingin tidur
sebentar. Melihat hal tersebut ibu mertuanya berkata tidak baik bagi
seorang ibu yang baru melahirkan untuk bermalas-malasan dan tidak segera
menyusui bayinya, menurut ibu mertuanya nanti akan terbawa malas untuk
bekerja di kemudian hari.
Saat yang bersamaan, seorang perawat ada di situ sedang memeriksa
keadaan ibu dan bayi tersebut, dia mengiyakan pendapat dari mertua
dokter itu dengan mengemukakan argumentasinya bahwa kontak pertama ibu
dan anak adalah hal yang sangat baik untuk perkembangan mental bayi
nanti; semakin cepat bayi menyusui akan merangsang produksi ASI ;
semakin cepat bergerak akan lebih cepat ibu mandiri merawat diri dan
bayi.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan.
Bab IV
KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dijabarkan pada bab terdahulu tentang penerapan asuhan
keperawatan
Transkultural dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Keperawatan
transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang
difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,
meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya 2.
Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan
untuk menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat
dengan klien 3. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat
mengidentifikasi tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya
yang sesuai dengan kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan
kesehatan atau bahkan mengganti budaya yang tidak sesuai dengan
kesehatan dengan budaya baru. 4. Perencanaan dan pelaksanaan proses
keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada
klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien sehingga
tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien. 5. Evaluasi
asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan dan
pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar